Rabu, 23 Mei 2012

Tuhan Tidak Perlu Dibela Karya Abdurrahman Wahid

Memahami Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tidak cukup hanya dengan melihat sepak terjang dan manuver politiknya yang kontroversial saat-saat terakhir ini. Akan tetapi, perlu juga melihat jejak-jejaknya di masa lampau yang sangat brilian yang pernah digoreskannya. Meski demikian buku ini bukanlah dimaksudkan untuk menjelaskan pribadi Gus Dur secara utuh, melainkan hanya sebuah upaya menghadirkan Gus Dur dari sisi yang lain.
Tulisan-tulisan yang terkumpul dalam buku ini diambil dari kolom-kolom Gus Dur di majalah Tempo dasawarsa 1970-an dan 1980-an. Buku ini mengajak kita untuk memikirkan kembali persoalan-persoalan kenegaraan, kebudayaan, dan keislaman kita. Dalam kaitannya dengan agama, buku ini mempersoalkan fenomena agama dan kekerasan politik yang akhir-akhir ini banyak muncul di permukaan.
Agama dan kekerasan politik menjadi perhatian utama Gus Dur karena sering menimbulkan tafsiran yang bermacam-macam. Menurut Gus Dur, kekerasan politik merupakan akibat dari perilaku kaum fundamentalis agama yang berakar pada fanatisme yang sempit. Hal ini tergambar pada tindak kekerasan yang mengatsnamakan agama yang sering terjadi.
Kekerasan politik bukan merupakan akibat dari perilaku keagamaan karena agama tidak penah mengajarkan kekerasan. Penyalahgunaan agama sebagai alat politiklah yang menyebabkan terjadinya kekerasan. Bahwa ada hubungan antara agama dan politik meskipun harus diakui bahwa hubungan itu bisa berkait dengan banyak hal _ tidak lalu menyebabkan perbenturan kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.
Di samping tema agama dan kekerasan, dalam buku ini juga dimuat tulisan-tulisan Gus Dur yang berbicara tentang kebudayaan lokal yang memiliki arti penting bagi pluralisme sebagai prasyarat terbentuknya civil society.
Buku ini terdiri atas tiga bagian. 
Bagian pertama bertema "Refleksi Kritis Pemikiran Islam."
Bagian kedua bertema "Intensitas Kebangsaan dan Kebudayaan"
Bagian ketiga bertema "Demokrasi, Ideologi dan Politik".
Disinilah Gus Dur menggambarkan bagaimana paraadoks-paradoks yang terjadi di sekitar pemikiran Islam, perdebatan politik, sosial keagamaan, dan ideologi antar kelompok dalam konteks kebangsaan Indonesia.
Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam upaya mengembangkan nilai-nilai demokrasi, toleransi dan pluralisme di Indonesia.
(dikutip dari tulisan "Dari Redaksi" halaman v dan vi dalam buku ini)
Buku terbitan LKiS Yogyakarta ini sudah tersedia di rak Rumah Buku Langit Timur.
Selamat membaca!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar