Senin, 23 Juli 2012

Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken Karya Jostein Gaarder & Klaus Hagerup



“Buku terbaik mengenai buku dan budaya-baca yang ada saat ini.”

Oldenburgische Volkszeitung

 Pembaca yang baik,
Buku di tangan Anda ini benar-benar unik. Susah menggambarkan isinya. Tapi, kira-kira seperti ini:
Dua saudara sepupu, Berit dan Nils, tinggal di kota yang berbeda. Untuk berhubungan, kedua remaja ini membuat sebuah buku-surat yang mereka tulisi dan saling kirimkan di antara mereka. Anehnya, ada seorang wanita misterius, Bibbi Bokken, yang mengincar buku-surat itu. Bersama komplotannya, tampaknya Bibbi menjalankan sebuah rencana rahasia atas diri Berit dan Nils. Rencana itu berhubungan dengan sebuah perpustakaan ajaib dan konspirasi dalam dunia perbukuan. Berit dan Nils tidak gentar, bahkan bertekad mengungkap misteri ini dan menemukan Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken.
Tetapi buku ini tidak sesederhana itu, buku ini juga berisi cerita detektif, cerita misteri, perburuan harta karun, petualangan ala Lima Sekawan, Astrid Lindgren, Ibsen, Klasifikasi Desimal Dewey, Winnie the Pooh, Anne Frank, kisah cinta, korespondensi, teori sastra, teori fiksi, teori menulis, puisi, sejarah buku, drama, film perpustakaan, penerbitan, humor, konspirasi ....
Masih juga tidak tertarik? (Haaahhh?) Baca komentar ini:
  
“Sebuah surat cinta kepada buku dan dunia penulisan.”
Ruhr Nachricht

 Akhirnya ada motto bagus dari buku ini yang dapat membuka keuntungan dari tiap-tiap membaca buku di pengembaraan ini.. 

"Aku tahu, setiap kali aku membuka sebuah buku, aku akan bisa menguak sepetak langit.
Dan jika aku membaca sebuah kalimat baru, aku akan sedikit lebih banyak tahu dibandingkan sebelumnya.
Dan segala yang yang kubaca akan membuat dunia dan diriku menjadi lebih luas dan besar..."




Sabtu, 21 Juli 2012

Jazz, Parfum & Insiden Karya Seni Gumira Ajidarma

Aku tak pernah ingin menyerah
Tapi masihkah berarti kalau kalah?

Waktu menyiram tubuh
Darahpun menjadi putih

Aku tahu saat untuk pasrah
meski jauh di dalam tanah
kulambai dirimu dengan pedih.
  (Kulambai dirimu, 14 Januari 1996)

KRITIK terhadap penguasa bisa disampaikan melalui apa saja. Bagi seniman tentu melalui karya-karyanya. Salah satunya  Seno Gumira Ajidarma. Sebagai cerpenis, novelis sekaligus jurnalis, Seno menyampaikan kritik tajamnya kepada penguasa melalui tulisan-tulisannya. Balutan kalimat Seno dengan bahasa yang lugas selalu bisa diikuti pembaca dengan enak, meski ujung-ujungnya mengajak pembaca ke sebuah kisah suram. Seperti meninggalnya seseorang dengan tidak wajar, kondisi sosial yang mengenaskan serta pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara.
Cerpen-cerpen yang dihasilkan Seno mengukuhkan dia sebagai oposan bagi penguasa Orde Baru. Ia mulai mengkritisi Orba sejak 1980-an.  Cerpen-cerpen Seno memang menyuarakan  perlawanan, dan menentang budaya Orba. Jauh sebelum kejatuhan rezim Soeharto, Seno menuliskan hal-hal yang tabu untuk ditulis pada masa itu, seperti tema-tema yang mengangkat persoalan ras, suku, korupsi, ketamakan manusia, kebohongan, penindasan manusia atas lainnya, serta perbedaan kelas.
Meskipun karya-karya sastra yang mengkritisi arogansi dan dominasi penguasa sebenarnya tidak hanya ditulis Seno. Sejumlah sastrawan juga melakukan hal serupa.  Kita bisa menyebut nama-nama seperti Pramoedya Ananta Toer, penyair Wiji Thukul, Emha Ainun Nadjib, Y.B Mangunwijaya, Putu Wijaya. Mereka punya cara masing-masing untuk menyampaikan kritiknya. Dan karya-karya Seno menduduki salah satu titik penting dalam khasanah sastra yang menggugat politik kekuasaan.
Cerpen Telepon dari AcehSaksi MataJakarta 2039Seorang Wanita di Halte Bis, juga Sarman hanyalah sedikit dari banyaknya karya-karya Seno yang bersikap kritis terhadap realitas Orde Baru yang begitu mendominasi dan mengakar sekaligus menebar ketakutan. Ia mengajak pembaca untuk menyaksikan peristiwa itu sambil mendorongnya untuk melakukan refleksi terhadap itu.  Peristiwa-peristiwa dalam cerpennya mampu membuka hati dan pikiran pembaca untuk menyadari bahwa di luar sana, tak jauh dari tempat pembaca terjadi peristiwa memilukan.
Karya-karya Seno yang berani dan rasa simpatinya kepada orang-orang yang menderita, lalu dikemas dengan gaya posmodern ini seringkali membuat pembaca mendapatkan akhir cerita yang tak terduga. Selalu ada yang membekas disetiap karya Seno. Hingga tak berlebihan jika Andy Fuller,  peneliti sastra Indonesia,  tertarik  dengan karya-karya Seno dan menggunakannya sebagai obyek penulisan tesis S2 di The University of Melbourne (2004). Tesis itulah yang kemudian diterbitkan menjadi buku ini.
Perkenalan Fuller dengan karya-karya Seno tak sengaja. Ketika sedang berburu buku di Yogyakarta, pandangannya tertuju pada buku berjudul Jazz, Parfum dan Insiden. Semula ia belum tertarik dengan tema insiden atau pembantaian yang diangkat Seno. Tetapi Jazz, Parfum dan Insiden yang  menghadirkan perenungan impresionistis tentang Jazz dan parfum, menjadi magnet bagi Fuller untuk terus membaca karya-karya Seno selanjutnya.
Ketertarikan Fuller adalah pada tema yang diangkat dalam karya Seno. Menurut Fuller, Seno melibatkan karya dan dirinya pada masalah-masalah Indonesia di masa Orde Baru kemudian berperan membangun wacana politik di masa itu.  Seno melalui karyanya telah berusaha membangkitkan dialog yang kritis, membangun kesadaran diri, untuk kemudian menyelesaikan krisis politik dan krisis budaya.
Karya Seno yang banyak mendapat sorotan dan perhatian para akademisi adalah Saksi Mata dan Jazz. Karya ini menuturkan penindasan Orde Baru terhadap rakyat Timor Timur. Bagi Fuller, meski tokoh-tokoh cerpen Seno itu absurd, tetapi sejatinya nyata. Ini karena karya-karya Seno selalu mengambil dari peristiwa nyata.
Kelebihan Seno adalah pada cara dia bercerita. Biarpun memuati kritisme, cerpen-cerpennya tetap tersaji ringan. Ini menunjukkan betapa Seno seorang pendongeng yang mahir dalam tehnik dan punya banyak cara untuk bercerita.
Karya-karya Seno yang selalu mengkritik penguasa bisa jadi dipengaruhi oleh kegiatan yang ia akrabi.  Seno disamping cerpenis,  adalah seorang jurnalis. Karyanya pun tak sebatas cerpen saja, tetapi juga laporan jurnalistik, puisi, kritik film, juga novel. Karyanya tersebar di berbagai media dan mendapat sambutan baik di tanah air.
Namun Seno tak hanya menulis karya-karya yang melulu menghantam penguasa orde baru. Ada sejumlah cerpen yang bersifat surealis romantis, seperti cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku. Dan tak jarang Seno menyajikan karyanya dengan gaya metropolitan bahkan seperti “keluar”  dari sastra. Agaknya Seno tak terlampau memikirkan apakah karyanya bisa disebut karya sastra atau bukan.
Menurut Fuller, watak dari karya Seno adalah posmodern. Buku ini juga hendak menyampaikan bagaimana gaya posmodern mampu berkelindan dengan karya sastra.  Buku ini kemudian memberi identifikasi teknik-teknik estetika posmodern. Teknik-teknik tersebut, menurut Faruk dalam pengantar buku itu, digunakan untuk menyampaikan pendapat dan sikap terhadap penguasa Orde Baru yang represif.
Michael Bodden juga mengukuhkan Seno sebagai salah satu cerpenis bergaya posmodern. Menurut Bodden, tampilnya karya posmodernisme di Indonesia merupakan usaha untuk menciptakan tulisan baru, sekaligus merupakan metode perlawanan terhadap menyebarnya manifestasi sosial dan budaya dari rezim otoriter Presiden Soeharto (Halaman 61). Michael Bodden juga akademisi yang melakukan penelitian terhadap  karya-karya Seno.
Buku ini terdiri dari lima bagian. Bagian pertama menyajikan seluk beluk posmodernisme. Bagian kedua mengetengahkan tentang politik kebudayaan Orde Baru, lalu bagian ketiga adalah tinjauan Karya sastra Seno. Kemudian bagian empat menyajikan pembahasan tentang metafiksi dan budaya populer. Sejumlah kesimpulan, yang termaktup di bagian kelima, menutup buku ini. ***
 *Dianing Widya YudhistiraHarian Detik, Minggu 18 Maret 2012.
Dengan segala kehormatan tumah buku langit tumur mengucapkan selamat membaca....

Kamis, 19 Juli 2012

Aku karya Sjuman Djaya


Seekor kuda paling binal,
berbulu putih dan rambut kuduk tergerai
berlari di pusat kota,
Jakarta!
Tidak peduli pada yang ada,
sekelilingnya,
juga tidak pada manusia
Dia meringkik alangkah dahsyatnya,
menapak dan menyepak alangkah merdekanya.
Dunia ini,
seolah cuma menjadi miliknya!
dan sekaligus seolah dia bicara :
    Kalau sampai waktuku
    kumau tak seorang kan merayu
    tidak juga kau
    tak perlu sedu sedan itu
    aku ini binatang jalang
    dari kumpulannya terbuang
Gaung suara ini
membelah langit
membelah bumi.
 
Ketika film Ada Apa Dengan Cinta yang melambungkan nama Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra meledak, buku inipun lantas banyak dicari anak-anak muda. Bagaimana tidak secara tidak langsung buku ini membuntuti sebagai sebuah iklan dari film tersebut. Ditenteng oleh tokoh Rangga (Nicholas Saputra) kesana kemari dan banyak sekali dishoot.
Buku ini memang menjadikan kita yang membacanya menjadi lebih pemberani, dan punya daya dobrak dan itulah memangnya seharusnya anak muda bangsa Indonesia. 
Buku ini berisi tentang perjalanan hidup seorang seniman besar Chairil Anwar (yang membuat puisi populer berjudul 'Aku').Semasa hidupnya Chairil Anwar tidak pernah dihargai oleh para kritikus. Ia dianggap seniman yang bombastis, liar dan penyair yang merusakkan nilai sastra dengan bahasa yang lugas, tegas dan tanpa dihias-hias. Tetapi setelah ia wafat, semua kritikus memujinya dan mengakuinya sebagai pelopor pembaharu seni sastra di Indonesia.
Tidak mengherankan jika lantas Bung Sjuman tertarik untuk menulis sbuah skenario tentang hidup Chairil Anwar. Ia menganggap bahwa setiap kenangan akan kehadiran sang penyair dan setiap pembacaan kembali sajak-sajaknya akan selalu menggugah dinamika dalam kehidupan. Tetapi sayang sekali bahwa skenario ini tidak jadi dilaksanakan dalam bentuk film. Namun tak dapat disangkal bahwa skenario ini merupakan salah satu karya terpenting Sjuman Djaya yang menempatkannya di jajaran para seniman besar di Indonesia
Selamat membaca dan menyelami dari profil seniman Chairil Anwar yang puisinya sering kita nikmati di setiap lomba pembacaan puisi..

Selasa, 17 Juli 2012

Atheis Karya Achdiat K. Mihardja

Kepuasan telah berganti dengan kehampaan, dan harapan telah berubah menjadi kekecewaan.
Kadang dunia serasa akan berubah bagiku. Seakan-akan Rusli telah memberi suatu kacamata yang lain kepadaku untuk meninjau dunia dengan cara lain. Perasaan hampa dan gelisah itu menemani aku terus...

Novel mengasyikkan ini bercerita tentang kebimbangan seorang bernama Hasan, dimana ia harus memilih antara tetap berada di jalan agama yang telah diajarkan oleh orang tuanya sejak kecil, atau memasuki alam pikiran buah dari pergaulannya dengan Rusli yang menggiring kuat ke arah menjadi seorang atheis.
Tetapi perjalanan tidak hanya sampai disitu, perkenalan dengan seorang wanita bernama Kartini cukup memporakporandakan alur hidupnya yang semula tenang menjadi kalang kabut dimana cinta itu bergerak ke arah hatinya. Jatuh cinta membuat Hasan harus menyesuaikan dengan pergaulan dengan teman-temannya. 
Pertentangan-pertentangan ini menyebabkan Hasan harus mengalami pertentangan batin yang sangat hebat. Apalagi masalah kembali menjadi bertambah runyam ketika Anwar, seorang seniman yang cukup berkaliber juga menaruh hati dengan Kartini.
Nah dengan membaca buku terbitan Balai Pustaka ini pembaca akan dapat menjawab pertanyaan besar, apakah Hasan dapat mempertahankan hubungan cintanya dengan Kartini, jua pertanyaan lain, apakah Hasan lantas menjadi seorang atheis..??
Jawaban ada di dalam buku fenomenal karya seorang pengarang besar yang terbit pertama kali pada tahun 1949 oleh penerbit Balai Pustaka Jakarta ini.

To be or not to be!
To kill or not kill!
And he kills!
He kills
And you?!
You?!

Soul Mate Karya Stefani Hid

Aku mau terus hidup karena aku sedang mencinta. Aku belum mau mati. Bagiku hidup ini begitu besar. Tapi tak berarti aku kecil. Aku dan hidup sama besar. Dan kami bersahabat. Mungkin hanya maut yang bisa memutus persahabatan kami. Suatu saat. Tidak sekarang. Tidak, sebelum aku melakukan sesuatu yang membuat orang lain bahagia.
Aku mau hidup karena aku sedang mencinta. 
Aku mencintai seseorang yang selalu takut pada maut. Entah mengapa aku mencintai dia. (Aku mencintainya karena dia adalah dia. Itu saja.) Ia adalah orang yang selalu dibayang-bayangi kematian. Setiap detik dia merasa ajalnya hampir tiba. Ia merasa Sang Maut tak pernah berhenti mengintainya. Baginya maut tak ubahnya hantu yang gentayangan. Membuatnya sering merinding. Kulitnya terasa kasar ketika kurabai, tak lain karena bulu-bulunya berdiri. Ketakutannya terhadap maut seakan menelusup ke otaknya, pada setiap napas yang ia hirup, pada setiap langkah yang ia ayun.
Aku mencintai dia. Aku percaya, cinta mampu mengatasi segalanya.

Inilah novel Soulmate, karya Stefani Hid, dimana dalam cerita ada perjalanan cinta antara Latt yang lahir di Mandalay, Myanmar dan Marla. Kisah cinta inilah yang membuat mereka semangat untuk hidup, menyatu walau pada akhirnya ironi, karena dari sebuah pengkhianatan atau lebih tepatnya petakan sejarah, menjadikan kematian sebagai akhir dari sebuah cerita yang dirangkai begitu lugas namun tak meninggalkan estetika.

Sebagaimana telah kuceritakan, peristiwa demi peristiwa seakan mengalir seperti sampah yang hanyut terbawa arus sungai. Kebiasaan setiap orang untuk melihat masa lalu juga ada padaku, meskipun kutahu kita tak akan bisa kembali.

Selamat membaca..!!

Senin, 16 Juli 2012

For God And Country Karya James Yee

Novel atau lebih jelasnya buku Untold Story ini sangat menggambarkan tentang kekerdilan Amerika Serikat, paranoid Amerika Serikat terhadap keberadaan agama Islam, sehingga muslim yang tidak bersalah terkadang dicurigai secara berlebihan.
Kisah dari tokoh utama James Yee ini mengungkapkan bagaimana seorang lulusan West Point tahun 1990 yang patriotik, namun kemudian dilecehkan dengan dituduh sebagai seorang mata-mata tanpa dasar yang jelas.
Inilah dimana kekerdilan sebuah bangsa adidaya terhadap apa yang dinamakan terorisme, sehingga dengan semena-mena, tanpa memperhatikan unsur keadilan langsung membawa Yee ke sebuah penjara di Guantanamo. Yee adalah seorang warga Amerika keturunan China dan kebetulan menganut agama Islam pada tahun 1991 dan belajar mendalami agama di Damaskus Suriah seama 4 tahun. Awalnya sebagai seorang US Army Chaplain Corps, Korps Angkatan Darat Amerika Serikat ia ditugaskan sebagai seorang yang melayani kebutuhan spiritual di Penjara Guantanamo. Namun karena itulah dia sering mendapat sebutan sebagai 'Taliban Cina'. Semua baik-baik saja sampai akhirnya ia ditangkap dan diblacklist sebagai seorang teroris.
Dari sini kemudian Yee diperlakukan secara semena-mena dan dan dihancurkan reputasi dan kariernya serta keluarga yang dulunya harmonis kemudian diluluhlantakkan.
Novel ini menariknya tidak lantas hanya berhenti di sini tetapi perjuangannya hingga kembali membangun asa sampai pada akhirnya juga mengemban misi bahwa agama Islam itu sejatinya ikut membangun sebuah peradaban dimana cinta kasih dan perdamaian menjadi urat nadinya.
Selamat membaca buku yang mempesona, menguras emosi dan pada akhirnya menumbuhkan ruang kesadaran bahwa acapkali kebodohan dan ketidaktahuan akan menjadikan hidup lantas tidak berjalan dengan keadilan yang semestinya.


Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan

EKA Kurniawan, adalah pengarang yang begitu fenomenal, meski tidak jebolan dari mahasiswa Sastra tetapi banyak melahirkan buku-buku yang luar biasa. Eka Kurniawan tampaknya sungguh-sungguh ingin menjadi seorang sastrawan dengan memperkaya referensi bacaan hingga menghasilkan karya-karya yang kaya warna. 
Setelah menerbitkan kumpulan cerpen dalam antologi Corat-coret di Toilet (1999), alumnus Fakultas Filsafat UGM ini tampaknya tak mau kepalang tanggung dengan merilis sebuah novel yang berjudul Cantik Itu Luka ini, begitu diluncurkan ke pasaran, tak berlebihan kalau membuat kalangan sastra sempat tercengang, kagum, dan bahkan hampir tak percaya.
Dari sampul buku sendiri sudah sebegitu menarik perhatian pembaca untuk mengambilnya begitu melihat kesan sekilas bila ditata di etalase rak di sebuah toko buku bila disandingkan dengan buku-buku yang lain. Design sungguh luar biasa dan menumbuhkan keingintahuan para khalayak untuk membacanya. Itu baru penampilan secara fisik, begitu menyimak dan mulai membaca sampul belakang ada kesan lain bahwa novel ini memang benar-benar berbobot dan fenomenal.
Bagaimana tidak? Novel Cantik Itu Luka dengan tebal 517 halaman bisa dikatakan telah mencatat rekor baru dalam sejarah perjalanan novel Indonesia sebagai novel paling tebal yang dihasilkan sebagai karya perdana. Selain itu, lewat novel ini pengarang juga telah melakukan inovasi baru berkaitan dengan model estetika serta gaya penceritaan sebagai satu bentuk pemberontakan atas mainstream umum. Dalam hal ini juga bahwa Eka Kurniawan menulis novel ini dengan lugas, lancar dan terkadang dengan sense of humor yang tinggi. Bahkan, dengan cukup realis, pembaca dibawa memasuki sejarah bangsa dengan berbagai peristiwa penting yang pernah terjadi, sebuah potret buram sejarah Indonesia dari masa kolonialisme Jepang hingga pemberontakan PKI.
Lewat novel ini, Eka dengan cukup cerdas dan cerdik mengisahkan nasib anak manusia, Dewi Ayu dalam gelombang sejarah bangsa. Ia telah menjadi korban kekuasaan dan kutukan karma. Bermodalkan kecantikannya, nasib rupanya tidak berpihak secara cantik pula. Ia lebih banyak dikonsumsi oleh tentara Jepang sebagai regulasi dari kemenangannya atas bangsa Belanda pada waktu itu dan ia baru bebas ketika Indonesia dinyatakan merdeka pada tahun 1945.
Meski sudah merdeka, kehidupan buram yang dilakoninya sebagai pelacur ternyata tak juga urung diakhiri. Ia masih melanjutkan kariernya sebagai penjaja tubuh di kota kelahirannya, Halimunda. Bahkan, berkat kecantikannya yang tak tertandingi, ia jadi pelacur idola yang diburu setiap lelaki hidung belang. Selama bertahun-tahun, karier itu dijalaninya hingga ia punya tiga anak gadis. Semua berwajah cantik. Akan tetapi, kecantikan ketiga anak itu tak ubahnya sebuah pisau bermata ganda. Pada satu sisi merupakan anugerah, pada sisi yang lain kehadiran tiga gadis cantik itu sebuah petaka. Sehingga, akibat kutukan dan dosa yang ditanggung Dewi Ayu, ketiga anaknya jadi janda semua. Suami-suami mereka mati mengenaskan.
Untuk itu, tatkala ia mengandung anaknya yang keempat, ia berharap anak itu akan lahir buruk rupa. Tapi, anehnya, ia malah menamai anak keempatnya itu dengan si Cantik. Dia juga bersyukur karena banyak orang mencemooh kondisi anaknya yang wajahnya mirip monster itu. Karena dengan cemoohan itu diharapkan bisa menghilangkan kutukan yang diterimanya selama ini.
Meski buruk muka, si Cantik justru dicintai Krisan, yang tak lain keponakannya sendiri. Bagi Krisan --yang pernah patah hati--, cantik itu ternyata tak lebih sebuah luka. Sehingga tak ada bedanya mencintai si buruk atau si cantik.
Membaca novel ini, kita diajak oleh Eka Kurniawan untuk mengembara tentang presisi dari kata kecantikan itu sendiri, bahwa ternyata pada kenyataannya meski semua orang mendambakan dirinya cantik tetapi ada hal yang lebih didambakan lagi dalam kehidupan ini, yakni sebuah keberuntungan.
Selamat membaca novel fonomenal dari sastrawan muda kita.

Minggu, 15 Juli 2012

Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer

Penggemar Sastra Indonesia tidak lengkap sebelum mememiliki atau membaca buku Tetralogi Pulau Buru karya penulis fenomenal yang di saat Orde Baru tidak terhargai keberadaannya tapi sekaligus mendapatkan hati di luar negeri. 
Tetralogi Buru atau Tetralogi Pulau Buru atau Tetralogi Bumi Manusia adalah nama untuk empat novel karya Pramoedya Ananta Toer yang terbit dari tahun kisaran 1980 hingga 1988 dan kemudian dilarang peredarannya oleh Kejaksaan Agung selama beberapa masa.
Tetralogi Buru ini mengungkapkan sejarah keterbentukan Nasionalisme pada awak Kebangkitan Nasuonal dan pengukuhan atas seorang yang bernama Tirto Adhi Soerjo yang digambarkan sebagai tokoh Minke
Tahun 1973 Pramoedya yang ditahan di Pulau Buru diberi sedikit keleluasaan untuk melanjutkan kerja kreatif. Hasrat lama untuk menyusun siklus sejarah Indonesia dalam bentuk cerita pun kembali ditekuninya. Dengan bahan yang serba terbatas ia mulai menceritakan jilid pertama Bumi Manusia kepada tahanan yang lain di sawah-ladang maupun barak penampungan. Baru dua tahun kemudian ia mulai menulis atas jasa beberapa tahanan yang memperbaiki dan menyerahkan mesin tik tua Royal 440 untuknya.
Bulan April 1980 selepas dari tahanan, Hasjim Rachman, mantan pemimpin redaksi Majalah Sastra Bintang Timoer, dan Pramoedya menemui Joesoef Isak, mantan wartawan Hariah Merdeka yang belasan tahun mendekam di Rutan Salemba
Diskusi berkembang, dan kesepakatan dicapai untuk menerbitkan karya eks- tapaol yang selama ini tidak mendapat sambutan dari penerbit lain.
Naskah pertama terpilih untuk diterbitkan adalah Bumi Manusia. Pramoedya kembali bekerja keras memilah tumpukan kertas doorslag yang berhasil diselamatkannya dari Pulau Buru. Hampir semua naskah aslinya ditahan oleh petugas penjara dan sampai tidak pernah dikembalikan. Dalam waktu tiga bulan ia berhasil menyalin kembali dan merajut tumpukan kertas lusuh yang dimakan cuaca menjadi naskah buku. Sementara itu, Hasjim dan Joesoef berkeliling menemui beberapa pejabat pemerintah, termasuk wakil presiden Adam Malik, yang ternyata memberikan sambutan baik.
Awal Juli 1980 naskah Bumi Manusia dikirim ke percetakan Aga Press dengan harapan terbit menjelang peringatanProklamasi ke 35. dan akhirnya cetakan pertama keluar tanggal 25 Agustus 1980.

Tetralogi

Keempat cerita tersebut dibacakan secara lisan kepada tahanan-tahanan lain semasa Pramoedya diasingkan di Pulau Buru oleh pemerintah Indonesia antara tahun 1965 - 1979. Setelah Pramoedya bebas, dia menerbitkan keempat cerita tersebut dalam bentuk novel yang kemudian dilarang peredarannya tak lama setelah diterbitkan. Pemerintah Indonesia menuduh bahwa karya-karyanya mengandung pesan Marxisme-Lenisnisme yang dianggap tersirat dalam kisah-kisahnya.
Keempat buku tersebut adalah (disertai tahun penerbitan dan pelarangan; semuanya diterbitkan Hasta Mitra :
  • Bumi Manusia
  • Anak Semua Bangsa
  • Jejak Langkah
  • Rumah Kaca
Ketiga karya terakhir ini bahkan langsung dilarang oleh Kejaksaan Agung hanya 1-2 bulan setelah terbit.
Di luar negeri, Tetralogi Buru diterbitkan dengan nama The Buru Quartet. Penerjemah Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa ke dalam bahasa Inggris, Max Lane, yang sejak April 1980 bertugas sebagai pegawai di Kedubes Australia di Jakarta, harus dikembalikan ke negaranya pada September 1981 karena menerjemahkan kedua buku tersebut. Karya itu diterjemahkan ke bahasa Rusia pada tahun 1986 oleh E. Rudenko dengan kata pengantar oleh V. Sikorsky (judulnya "Mir Chelovechesky") dan diterbitkan oleh badan penerbit "Progress".

Sinopsis

Tetralogi kisah pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia antara tahun 1898-1918, ini bercerita tentang kehidupan Minke, putra seorang bupati yang memperoleh pendidikan Belanda pada masa pergantian abad ke 19 ke abad 20
Latar utama tetralogi ini terjadi pada masa awal abad ke-20, tepatnya tahun 1900 ketika tokoh utamanya, Raden Mas Minke lahir. Nama Minke adalah nama samaran dari seorang tokoh pers generasi awal Indonesia yakni Raden Tirto Adhi Soerjo
Cerita novel ini sebenarnya ada unsur sejarahnya, termasuk biografi RTAS tersebut yang juga nenek moyang penulis. Cerita lainnya diambil dari berbagai rekaman peristiwa yang terjadi pada lingkup waktu tersebut. Termasuk di antaranya rekaman pengadilan pertama pribumi Indonesia (Nyai  Ontosoroh) melawan keluarga suaminya seorang warga Belanda totok yang terjadi di Surabaya.
Selamat membaca dan Alhamdulillah Rumah Buku Langit Timur telah lengkap mengkoleksi keempat buku tersebut.

Gulistan Karya Sheikh Musliuddin Sa'di Shirazi

Segenap ras manusia adalah anggota tubuh sebuah keluarga besar
di atas segalanya mereka berasal dari hakekat yang sama
Jika kau tak pernah merasakan derita orang yang tertindas dan teraniaya
Tidak patutlah kau disebut sebagai keturunan Adam

Sa'di dari Syiraz adalah salah seorang di antara beberapa penyair Persia paling terkemuka. Karya-karyanya dibaca oleh masyarakat luas baik di belahan timur maupun barat. Dan satu hal lagi beliau merupakan tokoh yang sangat dikagumi, terutama dalam karyanya yang berjudul Bustan dan Gulistan.
Beliau ini hidup sezaman dengan Jalaluddin Rumi (1207-1273), seorang penyair sufi yang tersohor juga.
Pada Abad 13 M, mereka hidup di tengah jaman yang berkecamuk, dimana dua perang besar, yakni Perang Salib yang meletus dalam beberapa gelombang dari akhir abad ke 11 sampai 13 Masehi, sedangkan yang kedua adalah perang penyerbuan tentara Mongol pimpinan Jengis Khan dan Hulagu Khan yang terjadi secara beruntun sejak 1220 M. Perang tersebut memporakporandakan negeri Persia sampai dengan puncaknya yakni penghancuran Baghdad, ibukota kekhalifahan Abbasiyah. 
Ini pula yang menghantarkan salah satu ruh dari buku Gulistan karya Sa'di, yakni merasakan sendiri kekejaman tentara Mongol saat menduduki propinsi Fars pada tahun 1226 M (dituturkan dalam pendahuluan) dan pada tahun 1256 M Sa'di pernah ditawan dalam perang Salib, (dituturkan dalam kisah 31 Bab II). Di salah satu sajak panjangnya juga menuturkan tentang bagaimana terntara Hulagu Khan membunuh dan memotong kepala ribuan lelaki dan wanita, anak-anak dan dewasa, kemudian menumpuknya bangkai mereka hingga menjadi sebuah bukit. Juga saat menghancurkan istana, masjid, gereja, sinagog, madrasah, universitas, dan perpustakaan-perpustakaan yang banyak terdapat di kota Baghdad.
Sa'di sendiri menuturkan dalam Mukadimah Gulistan, bahwa "Aku berniat menulis kitab untuk menghibur mereka yang membacanya, dan sebagai pedoman bagi siapa saja yang menginginkan Taman Bunga, Gulistan, yang daun-daunnya tak tersentuh kesewenang-wenangan pergantian musim, dan kecemerlangan sinarnya abadi, tak dapat dirubah oleh musim gugur". 
Selanjutnya ia berkata "Apa artinya seikat bunga untukmu? Ambillah sehelai daun dari Gulistan - taman bungaku. Sekuntum kembang biasanya hanya bertahan lima enam hari, tetapi bunga-bunga dalam Gulistan akan senantiasa berkilauan cahayanya."
Dalam Khazanah sastra Islam Persia, kepopuleran Gulistan tak dapat disangkal lagi, menyamai kepopuleran Syah Namah karya Fedowsi, Matsnawi Ma'nawi karya Jalaluddin Rumi dan Mantiq al Tayr (Musyawarah Burung) karya Fariduddin al Aththar
Buku Gulistan terbagi dalam 7 bab yakni :
Bab I      : Akhlak Raja-raja
Bab II     : Sifat-sifat Darwish
Bab III    : Kesempurnaan Isi
Bab IV    : Keuntungan Diam
Bab V     : Cinta dan Masa Muda
Bab VI   : Kelemahan dan Masa Tua
Bab VII  : Manfaat dari Pendidikan
Bab VIII : Aturan Dalam Kehidupan
Itulah buah tangan peninggalan dari sufi terkemuka pada jamannya dari Persia, Rumah Buku Langit Timur telah mengoleksinya dalam edisi bahasa Indonesia, diterbitkan oleh Penerbit Navila dan diterjemahkan oleh Abdul Hadi WM. Alhamdulillah.
Akhir penutup ada sebuah karya yang dapat menghantarkan pembaca untuk meraup satu kebajikan hidup..
Jangan lupa bahwa engkau juga akan sakit hati,
jika dengan tanganmu sebuah hati telah terluka.
Jangan lemparkan sebuah batu pada dinding sebuah pertahanan.
Karena mungkin batu tersebut akan mental dari benteng
dan akan mengenaimu..
 

Jumat, 13 Juli 2012

Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata

Novel ini bercerita tentang pengorbanan seorang ayah, cinta seorang anak, kegigihan menggapai mimpi menjadi pemain sepak bola nasional dan patriotisme. Itulah yang ditawarkan dalam novel terbaru Andrea Hirata, "Sebelas Patriot".
"Novel ini saya harap bisa mengingatkan kita akan pentingnya PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) bagi kita. Ini momen yang tepat di mana PSSI saat ini sedang dalam status quo dan tak memiliki kepemimpinan," katanya dalam peluncuran novelnya yang ketujuh itu di Belitong.
Dalam novel ini, penulis tetralogi Laskar Pelangi yang fenomenal itu menyatakan tak ingin lagi bertele-tele dengan mendasarkan novel pada pertanyaan-pertanyaan retorik seperti bukunya yang lain semisal Maryamah Karpov yang membuat dahi berkerut.
"Tapi lebih kepada logika mekanik di mana kehidupan sepanjang 70 tahun dikisahkan dalam novel setipis 101 halaman," katanya.
Gaya penulisan seperti dalam novel terbaru ini didapatnya setelah belajar sastra di Universitas Iowa, Amerika Serikat, dari Juli hingga November 2010. Di Iowa itulah, penulis termasyur Mark Twain dilahirkan.
Memang jika dicermati, novel ini beralur sangat cepat, seperti bahasa sinetronnya, menjadi semacam kejar tayang. Tapi justru disitulah letak keunggulan dari buku ini. 
Ketika buku ini Langit Timur tawarkan oleh pembaca yang masih SD, mereka berkomentar "sangat senang" terhadap buku ini. Menjadi mereka segera mengidolakan siapa yang layak dijadikan idola dalam dunia sepakbola pada saat ini.
Ini menandakan bahwa novel ini sangat inspiratif di berbagai khalayak umur juga bahwa ada sisi cinta dalam dunia sepakbola di Indonesia, tidak hanya perselisihan yang tak berujung, kompromi skor dan lain sebagainya.
Di "Sebelas Patriot", Andrea sudah mengelaborasi teknik-teknik baru, jiwa dari sebuah kisah di mana kisah harus terus terpelihara benang merahnya dengan karakter-karakter yang terjaga.
Andrea sendiri bilang bahwa buku ini terinspirasi foto ayahnya saat jaman penjajahan, dimana setiap pertandingan tidak boleh menang dari Belanda, tapi ayahnya melanggar dan memasukkan gol ke gawang mereka,  katanya seraya menekankan bahwa novel terakhirnya ini tidak ditarik dari kisah hidup sebenarnya tetapi diilhami kehidupannya.
Andrea  mengaku tak tertarik lagi pada keindahan kata namun tak memberi dampak. Ia kini lebih memilih menulis dengan gagasan yang menggerakkan.
Karena harapan tersebutlah Andrea Hirata juga mengemas novel Sebelas Patriot ini dengan sebuah compact disc yang berisi tiga lagu yang aransemen hingga liriknya, dia buat sendiri dalam sehari. Judulnya "PSSI Aku Datang", "Sebelas Patriot" dan "Sorak Indonesia".
Selamat membaca buku Sebelas Patriot..

Kamis, 12 Juli 2012

9 Matahari Karya Adenita

Buku 9 Matahari ini adalah bercerita tentang keteguhan seorang manusia dalam mengembarakan kehausan akan ilmu. 

“Aku memang berhasil lulus kuliah. Bukan hanya membawa ilmu, tapi juga utang kuliah. Utang atas nama diriku, bukan orang tuaku. Utang atas nama semua ilmu yang kuserap dari bangku kuliah dan kepingan pengalamannya. Utang atas pembentukan karakter diri. Semua itu adalah tanggung jawab pribadi atas sebuah impian. Semua itu juga adalah harga yang harus aku tukar dengan sebuah pengalaman duduk di bangku kuliah dan sejuta pengalaman berharga lainnya. Aku tidak merasa jumlah dan kewajiban itu sebagai beban karena aku tahu harga itu memang pantas untuk aku jadikan ”investasi” hidupku.”

Temui Matari Anas, mahasiswi yang terlalu tua dengan teman-teman seangkatannya, namun punya tekad menakjubkan menjadi sarjana dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan orang-orang sekitarnya. Meski keluarganya gagal membiayai kuliah karena terlalu miskin dan secara emosional sedang labil, dia berusaha mandiri, bertahan dengan energi positif yang luar biasa. Keadaan memaksa dia utang ke sana-kemari pada banyak orang, teman-teman, sampai ibu pemilik warung makan di dekat tempat kosnya. Dia belajar pada kehidupan, pada orang-orang yang bisa dijadikan teladan, pertemanan, kesetiaan, dan kasih sayang orang-orang yang mencintainya. Meski pada akhirnya kuliah hingga lulus itu penting, lebih penting lagi ialah integritas, yang ditempa oleh kehidupan dan kedewasaan dalam memandang masalah.

NOVEL ini pantas direkomendasikan pada semua mahasiswa baru, kalangan perguruan tinggi, dan orangtua dengan ekonomi kelas bawah yang punya anak kuliah. Kesulitan dan kepanikan yang dihadapi Matari begitu terasa, termasuk perasaannya menanggung utang dan rasa malu, ketar-ketir menghadapi ujian kuliah dan hidup. Mungkin bagi mahasiswa dan orangtua dari golongan ekonomi kelas mapan, kesulitan itu sulit dibayangkan dan terlalu melankolis; tapi keberanian Matari mengambil risiko dan berhati-hati atas pilihan dan mencoba bersikap, masih mampu membuat orang terkesan oleh karakternya. Bagian yang memperlihatkan kesukaran hidup, misalnya saat Tari kesulitan dapat uang untuk bayaran dan penghidupan, menurut saya mengharukan dan emosinya kena sekali. 
Kalimat-kalimat di bawah ini sangat menggerakkan, memberikan semangat dan inspirasi. Begitu indah dituliskan dalam novel pembangkit semangat yang berjudul “ 9 Matahari “. Seakan pembaca benar-benar merasakannya. Ada di hal 39-40 :

“ Impianku… oh aku sudah memberikannya nyawa. Aku menghidupkannya dalam hari-hariku. Ketika membuka mataku saat mengawali hari, aku menyapanya. Seperti aku menyapa matahari. Ketika beraktivitas, aku biarkan dia menyelusup ke dalam hatiku, mengintip perasaanku, dan membiarkannya berteriak bahwa ia menungguku. Aku meletakkannya dalam takhta tertinggi di pikiranku. Mengalirkan lewat darahku. Membiarkan semua partikel dalam tubuhku merasakan sensasinya. Aku biarkan tanganku meraba sebentar seperti apa wujudnya. Merasakan setiap detail keindahannya. Aku biarkan hasratku berkembang pesat.
Tumbuh…tumbuh menjulang tinngi
Menyentuh langit, mendekati matahari
Impianku seperti pohon yang menjulang tinggi. Puncaknya menembus awan. Tapi akarnya menancap tanah. Aku membiarkan impianku itu tertanam jauh dalam hatiku. Ragaku ada di bumi, tapi kubiarkan jiwaku melesat, bersamanya jauh… kuikuti ke mana pun ia bermain.
Terbang…terbanglah melayang tinggi…
Seperti layang-layang yang diulur dan menari di atas sana
Kubiarkan dirimu meliuk dilihat semua mata…sampaikan bahwa aku ada ! “

Lalu, yang ini ada di halaman 296 :
Tar, semua orang pasti tahu angka sepuluh adalah angka tertinggi. Tapi buat gue, sembilan itu angka yang pas buat diri gue melambangkan betapa bernilai dan berharganya sesuatu itu buat gue. Angka itu berada di atas rata-rata, tapi masih menyisakan satu ruang untuk terus mencapai kesempurnaan. Angka 9 masih terus mencari perbaikan diri untuk menjadi 10. Itu yang akan membuatnya terus bergerak, melakukan hal yang lebih baik dari waktu ke waktu. Dari bentuknya , angka 9 lebih menawan. Kalau lu perhatiin angka 8 itu membuat dua bulatan yang tertutup. Sementara angka 9, bagian atasnya membentuk sebuah lingkaran yang menurut gw itu adalah ruang pribadi bagi setiap orang. Seperti sebuah tempat untuk menyimpan keyakinan yang tidak akan terganggu. Sementara buntut di bawahnya adalah ruang terbuka, tempat orang itu bisa terus mengasah dirinya untuk menerima wawasan dan pengetahuan baru, serta akhirnya membuat dirinya terus menerus termotivasi untuk bisa lebih baik lagi. Dan, sembilan itu adalah nilai buat seorang yang terus membawa impiannya dengan semangat matahari, sembilan itu nilai buat seorang matari.

Ya, itu merupakan dua kutipan yang ada dalam novel luar biasa ini. Membaca novel ini, banyak sekali hikmah yang dapat kita petik. Salah satunya adalah tentang proses manusia menuju kesempurnaannya yang dilambangkan dengan angka 9. Sungguh memberdayakan diri saya , saat membaca kalimat-kalimat itu. Semoga semangat yang ada dalam kalimat-kalimat itu dapat menjalar dalam diri saya, juga kepada para pembaca novel ini.
Selamat membaca..

Selasa, 10 Juli 2012

Pertemuan Dua Hati Karya NH Dini


Buku terbitan Gramedia ini adalah karya NH Dini yang cukup sukses dan melegenda menguntit karya-karya lain seperti Namaku Hiroko, Pada Sebuah Kapal,  dll.
Dalam buku tersebut diceritakan bahwa di sebuah kota hidup seorang gadis yang bernama Suci. Ia ingin sekali menjadi seorang sekretaris. Tetapi orang tuanya berkehendak lain, mereka menginginkan Suci untuk menjadi seorang guru. Pilih punya pilih, akhirnya ia pun menuruti kehendak orang tuanya. Kehidupan Suci berlanjut hingga suatu hari ia  menikah dengan seorang pria yang berprofesi sebagai montir. Mereka di karuniai 3 orang anak. 
Karena pekerjaan suaminya itu, ia pun harus pindah ke kota lain mengikuti suaminya. Suci pun melamar sebagai guru baru di sebuah sekolah, dan anaknya pun bersekolah di sekolah itu. Sehari setelah ia mulai bekerja di sekolah itu, ia berusaha untuk mendapat mengenal dan memahami anak didiknya satu persatu. Ia memiliki seorang murid yang sedikit aneh dan bandal. Anak itu bernama Wasito. Setiap harinya Wasito hanya membuat onar di kelas, dan mengganggu teman-temannya. Suatu hari ibu Suci ingin berkunjung kerumah nenek Wasito, karena Wasito tingal disana.Ia ingin mengetahui sebab-sebab mengapa Wasito bertingka seperti itu. Sesampainya di rumah neneknya, ibu Suci pun mulai berbincang-bincang dengan nenek Wasito. Nenek Wasito pun menceritakan semua hal tentang Wasito. Ternyata Wasito itu hanyalah seorang anak yang kurang perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sebenarnya ia adalah seorang anak yang pintar dan baik. Setelah mengetahui itu semua, ibu Suci pun membantu membimbing Wasito untuk menjadi lebih baik. Hingga suatu hari ibu Suci pun berhasil. Wasito menjadi anak yang pintar di kelas. Dan menjadi juara kelas.
Dari cerita di atas NH Dini memberikan muatan moral bahwa bagaimanapun kenakalan seorang anak tak pernah terlepas dari kekecewaan yang menumpuk hingga menghilangkan pengakuannya terhadap dirinya sendiri. Sehingga jika Anda sebagai seorang pendidik, tidak lantas hanya sekedar menge'cap' tetapi langkah yang bijaksana adalah mendalami psikis, mental dan harapannya, kenapa bisa sampai memudar seperti itu..
Sangat baik untuk dibaca dan dijadikan referensi bagi yang berprofesi dan berminat dalam pengembangan pekerti anak-anak. Rumah Buku Langit Timur Alhamdulillah sudah memilikinya dan siap untuk dipinjamkan.

Senin, 09 Juli 2012

Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari

Novel karya Ahmad Tohari, Bekisar Merah ini pernah dimuat di harian Kompas tahun 1993 yang lalu. Meski sudah lebih dari lima belas tahun lalu, namun novel ini masih merupakan salah satu novel bagus dari Tohari, di samping triloginya yang terkenal: Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dinihari dan Jentera Bianglala.
Buku ini mengisahkan tokoh-tokoh yang hidup di desa kecil Karangsoga, yang kebanyakan penduduknya bekerja sebagai penderes nira kelapa untuk dibuat gula merah. Karena nafkah utama berasal dari penderesan nira dan pembuatan gula kelapa saja, maka mayoritas penduduknya hidup dalam kemiskinan. 
Pasangan Darsa dan Lasi (Lasiyah) menjadi tokoh utama dalam novel ini. Darsa yang penderes, beristerikan Lasi yang cantik dan berkulit putih, yang mempunyai nilai fisik di atas rata-rata isteri-isteri para penyadap lain. Ternyata Lasi merupakan keturunan campuran antara mbok Wiryaji dengan seorang tentara Jepang yang setelah pernikahannya, tidak pernah kembali ke desa dan hilang tidak tentu rimbanya kabarnya ditahan Belanda.
Kemiskinan penduduk digambarkan dengan sangat menyentuh oleh Tohari. Pemahaman kondisi sosial masyarakat miskin, yang erat kaitannya dengan struktur perdagangan gula yang tidak pernah adil, digambarkan dengan sangat rinci. Kekuatan lain dari novel-novelnya adalah pemaparan yang sangat artikulatif tentang alam pedesaan. Pembaca seolah dibawa ke alam pedesaan hingga dapat merasakan angin sejuk pagi hari yang semilir, menyaksikan burung jalak yang memberi makan anak-anaknya, kelentang-kelentung bunyi pongkor (bambu untuk menadah getah nira), ataupun gemericik sungai Kalirong yang jernih yang airnya mengalir lewat batu-batu berlumut. Pemahaman tentang masalah sumberdaya alam juga sangat dalam, misalnya tentang perusakan hutan tutupan oleh penduduk setempat karena faktor kemiskinan mereka. Tidak ada alternatif untuk memperoleh keuntungan sedikit lebih, dengan mencuri kayu sebagai bahan bakar membuat tengguli, bahan gula merah.
Musibah yang sering terjadi di kalangan para penderes nira adalah jatuh dari pohon kelapa. Demikian juga nasib Darsa. Karena jatuh, yang dalam kebiasaan masyarakat disebut sebagai kodok melompat (pantang untuk menyebut jatuh dari pohon kelapa  sebagai pengingkaran rasa takut komunal), Darsa sempat menderita kelainan di sekitar alat reproduksinya, lemah pucuk. 
Dia pun, karena kondisi yang miskin, hanya dirawat oleh seorang dukun bayi, Bunek. Lasi dengan setia tetap menemani suaminya meski dalam kondisi lemah dan selalu ngompol. Lama kelamaan, karena pengobatan intensif yang dilakukan Bunek terutama pada sekitar selangkangan Darsa, diapun bisa pulih kembali. Pada malam kebangkitan kembali si Darsa, Bunek minta agar dicobakan pada Sipah, perawan tua anak Bunek sendiri. Meski mengalami kebimbangan luar biasa karena pergulatan seru antara nilai-nilai kesetiaan, norma sosial, nafsu berahi, serta utang budi, akhirnya (dalam keputusan yang lebih banyak impulsif).
Darsapun memenuhi permintaan Bunek. Sipah pada akhirnya minta untuk dikawin. Pengkhianatan Darsa membuat jagat kecil Lasi bergoncang dengan hebat. Dia lalu nekat minggat dari desanya dengan menumpang truk pengangkut gula, menuju Jakarta.
Cerita lalu banyak membedah batin Lasi. Sebagai perempuan desa yang cantik yang telah terbiasa hidup dengan segala kemiskinannya selama dua puluh empat tahun, secara tiba-tiba dihadapkan dengan norma-norma kehidupan kota besar yang amat sangat asing baginya. Dia yang ditampung sementara oleh ibu Koneng, pengelola warung tempat para sopir truk mampir yang juga menjadi tempat berpangkalnya para perempuan pacar para sopir truk, menyaksikan nilai-nilai sosial yang teramat sulit dipahami oleh seorang perempuan desa yang sederhana dengan tingkat pendidikan yang rendah. Misalnya, keintiman lelaki dan perempuan yang selama ini dipahami sebagai perilaku yang didasari oleh percikan jiwa dan cinta, di warung itu bisa terjadi dengan begitu gampang, oleh siapa saja, dengan dasar beberapa lembar uang kertas.
Singkat cerita, Lasi, yang mempunyai kelebihan bentuk tubuh dan wajah yang indah, menjadi barang dagangan baru yang langka dan sangat berharga bagi ibu Koneng, yang lalu diserahkan ke Ibu Lanting, mucikari tingkat tinggi yang melayani para pejabat, dengan imbalan sebentuk cincin berlian. Para pejabat pemerintah saat itu diceritakan mempunyai kebiasaan mencari pacar atau isteri kesekian yang mempunyai wajah mirip orang Jepang. Ini akibat dari perilaku latah birokrat karena Pemimpin Besar-nya memasukkan seorang geisha ke istana dan akhirnya menjadi ibu negara. Klop sudah, dengan Lasi. Dia yang mempunyai wajah seorang perempuan Jepang, menjadi incaran para pejabat. Diapun lalu ditukar dengan sebuah mobil Mercedes dan beberapa puluh juta rupiah oleh ibu Lanting kepada Pak Handarbeni, seorang overste purnawira yang menjadi pejabat, berumur hampir enampuluh lima tahun, gemuk, dan sudah mempunyai dua isteri. Lasi-pun menjadi seekor
bekisar yang menjadi pajangan di rumahnya yang baru dan mewah di Slipi. Bekisar adalah peranakan ayam hutan dan ayam kampung yang mempunyai keindahan bentuk, bulu, dan kokoknya. Biasanya jenis ayam ini untuk hiasan dalam kandang indah oleh para orang kaya.
Lasi, yang akhirnya dikawini Pak Handarbeni (perkawinan main-main menurut istilah Lasi), menikmati segala kemewahan materi yang tidak pernah terbayangkan oleh bekas seorang isteri penderes nira dari desa Karangsoga. Namun di balik segala kemewahan materi, penderitaan batin Lasipun amat berat. Dia merindukan desanya, emaknya, dan Kanjat, teman sepermainannya waktu sekolah yang sekarang sudah menjadi mahasiswa dan hampir lulus. Pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh lama dalam hidupnya membuat Lasi makin linglung karena berdiri di antara dua nilai kehidupan yang dipisahkan oleh jurang yang teramat dalam.
Saya selalu menikmati tulisan Tohari, karena keakrabannya dengan alam pedesaan, dengan penggambaran pergulatan dalam jagat kecil tokoh-tokoh dalam ceritanya, cengkeraman struktur politik negara yang selalu tidak adil bagi rakyat kecil, bahkan pemaparan tentang titik nadir terendah dalam kemiskinan seseorang di mana yang ada hanyalah kepasrahan total. Tidak ada alternatif. Kemarahan karena perlakuan yang tidak adil dalam hidup tidak tahu harus ditumpahkan kepada siapa. Kepekaan Tohari dengan kehidupan masyarakat miskin membuat kita  berhenti sejenak. Membuat kita berpikir dan merasakan, betapa ada jenis kehidupan lain yang berbeda dengan jenis kehidupan kita. Betapa masih ada jagat dengan seluruh tatanan nilai yang sangat asing bagi kerangka pikir dan tatanan nilai kita. Namun, tatanan nilai asing tersebut selalu mampu mengajak kita untuk mengasah lagi pisau nurani kita yang barangkali telah tumpul oleh kenikmatan materi dalam hidup sehari-hari. Hidup yang kering dari kesejukan nurani.
Silahkan bagi yang penasaran bisa meminjam di Rumah Buku Langit Timur secara free.

Rabu, 06 Juni 2012

Hannibal Karya Thomas Harris

Buku ini berisi petualangan Dr. Hannibal Lecter pasca berhasil meloloskan diri dari perawatan selama 7 tahun di Rumah Sakit Jiwa. (baca sebelumnya novel The Silence of the Lambs) Misi dari Dr. Hannibal adalah dalam upayanya untuk mencari seorang agen FBI, Clarice Starling yang sempat bertemu dan mewawancarai ketika masih di Rumah Sakit. Dalam ketenangannya sambil menikmati kebebasannya pula ia harus dipertemukan oleh Mason Verger, korban keenam dari Dokter Hannibal Lecter yang pada kenyataannya masih hidup.
Anda sendiri, jika ingin mengundang dan berkenalan lebih jauh dengan Dr. Hannibal Lecter ini hingga memasuki pikiran anda dan anda juga bisa mengunjungi alam pikirnnya, maka baca buku ini. Untuk kemudian anda bisa mengoreksi dan mengevaluasi adakah kesamaan antara Hannibal dengan diri anda. Cobalah untuk setapak demi setapak menelusuri mimpi dan ambisi anda dan Hannibal, juga wilayah-wilayah yang masih terkunci rapat, hingga anda akan menikmati sensasi dari yang belum biasa anda pikirkan..
Selamat membaca buku terbitan Gramedia dengan ketebalan halaman 426 ini di Rumah Buku Langit Timur...
Oh ya cerita ini pernah difilmkan pada tahun 2001 dan diperankan apik oleh Anthony Hopkins hingga beberapa kali meraih penghargaan menyusul kesuksesan film Silence of the Lambs-nya.

Minggu, 03 Juni 2012

Temanku, Teroris? Karya Noor Huda Ismail

Buku ini berkisah tentang persahabatan yang tak akan lapuk oleh jaman, meski jarak, waktu dan posisi sudah berbeda.
Dikisahkan tentang seorang jurnalis, Noor Huda Ismail yang sewaktu sedang meliput pelaku aksi terorisme, bertemu dengan Fadlullah Hasan, teman akrabnya sewaktu di pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki Sukoharjo Jawa Tengah.
Dari pertemuan tersebut, terasa ada ikatan kerinduan sekaligus kecanggungan, mengingat setelah dua puluh tahun perjalanan yang tak menemukan keduanya, mereka berdua bertemu di salah satu tahanan. Noor Huda Ismail, jurnalis yang sedang meliput dan Fadlullah sebagai tertuduh pelaku terorisme..
Gejolak, kecamuk, empati, simpati beraduk menjadi satu dalam diri hingga keduanya tak banyak menyisir pengalaman masing-masing dalam keceriaan, layaknya seorang sahabat lama, akan tetapi hal ini lantas menyisakan perenungan tentang hakikat jihad, terorisme, Islam dan  semangat mendudukan Allah dalam profil masing-masing.
Sangat layak untuk dibaca untuk dijadikan perenungan, serta kerinduan terhadap novel-novel dunia pesantren, setelah meledaknya novel Ketika Cinta Bertasbih dan juga Lima Menara. Sangat inspiratif, ketika seorang jurnalis menuliskan pengalaman dan pandangannya sendiri dalam bentuk novel seperti ini. Selamat membaca, dan Rumah Buku Langit Timur telah memilikinya bagi yang ingin menikmatinya.
 

Kamis, 31 Mei 2012

Spirit Al Qur'an Karya Amr Khalid

Spirit Al Qur'an, Kunci-kunci Menuju Kebahagiaan Sejati

Allah telah jelas menurunkan ayat-ayat Al Qur'an sebagai petunjuk bagi hamba-Nya untuk memasuki jalan-jalan kebenaran. Kedudukan ini sangat jelas bagi mereka yang mendambakan kehidupan yang seimbang dunia dan akhirat dalam keselamatan. 
Kesadaran ini sebetulnya telah terjumbuhkan sejak kita masih kecil, akan tetapi fenomena menjadi lain ketika di tengah budaya yang hingar bingar menghimpit rasa ini dijadikan acuan dari pada upaya pencarian kita dalam mencari kesejatian.
Orang sekarang cenderung untuk malas merenungi kebajikan yang terkandung di dalam Al Qur'an, hanya karena Al Qur'an dianggap sebagai bacaan yang kurang memenuhi selera jaman. Itulah yang membuat hati kita lantas tersesat, mencari fatamorgana, dan hanya berujung pada kebahagiaan yang sementara.
Sementara sebagian orang yang dulu pernah merasa tersesat (juga yang takut akan tersesat) mencoba kembali menghadirkan kandungan Al Qur'an untuk menemani spirit dalam melanjutkan kehidupan ini.
Buku Spirit Al-Qur'an ini berisikan tentang berapa intisari kandungan ayat yang termaktub dalam beberapa surat seperti Al Fatihah, Al Baqarah, Ali 'Imran, An Nisa', Al Maidah, Al An'am, Al A'raf, Al Anfal, At Taubah, Yunus, Hud, Yusuf, Al Ra'd, Ibrahim, Al Hijr, An Nahl, Al Isra', Al Kahfi, Maryam, Thaha, Al Anbiya', Al Hajj, Al Mu'minun, An Nur, Al Furqan, As-syura, An Naml, Al Qashash, Al Ankabut, Arrum, Luqman, As Sajdah, Al Ahzab, Saba', Fathir, Yaasin, As Shaffat, dan Shad.
Amr Khalid menuliskannya dengan cukup ringkas, dan kita membacanya tidak harus mulai dari halaman pertama, tetapi bisa kita pilih sesuai dengan yang kita inginkan. Apalagi bahasa yang dituliskannya sangat mudah untuk dipahami. 
Buku yang disumbang oleh Eravianto Relcki Nursamsi untuk pembaca Rumah Buku Langit Timur ini sangat tepat untuk mengetuk pintu hati guna menghadirkan Al Qur'an di ruang kita. Semoga hal ini bisa membawa manfaat yang besar bagi lompatan spiritual kita hingga kita dapat menjemput kasih-Nya dalam kedamaian yang kekal.
Terima kasih Rumah Buku Langit Timur sampaikan juga kepada Eravianto Relcki Nursamsi dan Diatri Satya Pratiwi, semoga Allah selalu menghantarkan tiap huruf yang kita kaji dijelmakan menjadi rahmat yang tiada terkira. Amin.

Rabu, 30 Mei 2012

Totto-Chan Karya Tetsuko Kuroyanagi

Ibu guru menganggap Totto-chan adalah anak yang nakal dan susah diatur, padahal sebetulnya gadis kecil itu hanya punya rasa ingin tahu yang tinggi. Itulah sebabnya ketika pelajaran berlangsung Totto-chan selalu berdiri dan memandang keluar dari jendela kelasnya. Karena para guru sudah tidak tahan lagi, akhirnya Totto-chan dikeluarkan dari sekolahnya.
Mamanya pun kemudian mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen. Melihat fisik sekolah tersebut Totto-chan langsung tertarik. Bagaimana tidak??
Di sekolah itu para murid belajardi gerbong kereta yang dijadikan kelas. Belajar dengan melakukan perjalanan, hingga Totto-chan merasa senang karena bisa melihat pemandangan perjalanan yang dilaluinya dari jendela kelas/gerbongnya. Mengasyikkan sekali..
Bukan hanya itu di Tomoe Gakuen, para murid juga boleh mengikuti pelajaran dengan urutan yang mereka inginkan. Ada yang memulai hari dengan belajar matematika, ada yang memilih dulu pelajaran fisika, ada yang ingin belajar bahasa dulu, bahkan ada yang memilih terlebih dulu dengan pelajaran menggambar. Pokoknya sesuka mereka. Karena sekolah ini unik maka Totto-chan sangat kerasan tinggal dan belajar di sekolah itu.
Selain itu di sekolah tersebut Totto-chan mendapatkan pelajaran yang berharga berupa persahabatan, rasa hormat dan menghargai orang lain, serta kebebasan menjadi dirinya sendiri.
Buku terbitan Gramedia ini berbentuk novel dengan bahasa yang sangat mudah untuk diikuti. 
Dari buku ini kita dapat belajar bahwa pola pendidikan dewasa ini bukanlah kecenderungan untuk menciptakan robot bagi anak didik, tapi bagaimana upaya kita semua untuk lebih memperlakukan mereka dengan selalu mendengar apa yang mereka inginkan, harapkan dan cita-citakan.
Itu yang sekarang sudah mulai langka di lingkungan lembaga pendidikan kita, apalagi banyak tenaga pendidik sekarang yang lebih mendahulukan untuk mengejar angka kredit dari pada pembebasan anak didik untuk mengekspresikan dirinya.
Buku ini juga perlu dibaca oleh para orangtua, agar tidak terjadi persinggungan yang melentik percikan emosi, padahal kita belum mendengarkan apa yang diinginkan anak-anak kita.
Buku ini tersedia di Rumah Buku Langit Timur dan akan sangat senang sekali bila bisa dibaca oleh banyak peminat buku hingga tertranfer bentuk komunikasi ideal antara kita dengan anak-anak kita.
Selamat membaca..

Selasa, 29 Mei 2012

Kiai Hamam Dja'far dan Pondok Pabelan Penyunting Ajip Rosidi

Buku ini berkisah sepak terjang Kiai Hamam Dja'far (akrab dipanggil Mbah Hamam) di era tahun 1960-an sampai tahun 1990-an. Dimana ketika itu beliau berperan sebagai pemimpin Pondok Pesantren Pabelan Magelang, dan pada kenyataannya Pondok Pabelan sangat dikenal luas oleh masyarakat se Indonesia bahkan sampai luar negeri.
Buku ini adalah himpunan dari kesaksian beberapa (mantan) santri Pondok yang mayoritas sekarang mempunyai kedudukan penting di tengah perkembangan kemajuan pemikiran Islam di Indonesia dan juga beberapa kerabat, saudara dan sahabat beliau. Seperti Pak Komarudin Hidayat, Emha Ainun Nadjib, Ahmad Syafi'i Ma'arif, George Junus Aditjondro, dll. 
Dikemas dalam bahasa yang sangat santun dan apik, sehingga tidak menggerus kewibawaan Mbah Hamam sebagai tokoh yang sangat kharismatis pada saat itu. 
Bagaimana banyak dikenang Mbah Hamam yang membangun pondok Pabelan sebagai pondok yang multikultural, artinya Pondok Pabelan yang sering menyediakan ruang dialog yang bebas resiko bagi masalah perbedaan agama, aliran, juga etnis serta dalam mengekspresikan budaya. Pondok Pabelan juga dikenang sebagai tempat sentral bagi ruang diskusi yang membahas pula tentang pendidikan, kemasyarakatan untuk kemaslahatan.
Banyak dikisahkan juga cerita-cerita yang menarik, lucu dan mengejutkan dari pengalaman para penulis ketika nyantri di Pondok Pabelan. Suatu kenangan tersendiri yang bisa memberikan gambaran tentang Pondok Pabelan pada masa lalunya.
Buku ini diterbitkan untuk menyambut ulang tahun Mbah Hamam ke 70 (kalau masih hidup) dan menyambut ke 43 tahun berdirinya Pondok Pabelan yang didirikannya. (buku ini terbit tahun 2008). Diterbitkan dan disunting oleh sastrawan kawakan Bapak Ajip Rosidi, yang kebetulan juga tinggal di sekitar Pondok Pabelan Magelang. Diterbitkannya buku ini tiada maksud lain adalah agar jejak jasa dari Kiai Haji Hamam Dja'far yang fenomenal tidak lekang oleh waktu yang demikian banyak menyodorkan tokoh-tokoh yang terkadang kurang dapat diteladani.
Semoga Allah membalas jasa beliau sebagai upaya mendirikan tentang kebajikan hidup.
Buku Kiai Hamam Dja'far sudah tersedia di Rumah Buku Langit Timur, atas sumbangan dari Bp. KH. Ahmad Najib Amin (putra pertama Mbah Hamam). Semoga buku ini dapat menghantarkan pembaca bisa mendapatkan sosok yang jelas tentang sepakterjang Mbah Hamam dan dapat memberikan inspirasi untuk berbuat baik terhadap kehidupan pembaca sendiri.
Selamat membaca..

Minggu, 27 Mei 2012

Aku, Anak Matahari Karya Gola Gong

Aku menulis ini dengan cinta
Seseorang datang kepadaku memberi inspirasi
Diolahnya batang pohon menjadi perahu
Disuruhnya aku mengarungi samudra
Dimana peperangan berkecamuk
Disuruhnya aku memilih
: pecundang atau pemenang
Kini medan perang ada di mana-mana
Seseorang yang memberiku inspirasi telah pergi
Warisannya bukan senjata dan topi perang
Tapi kekerasan hati dan pikiran

Inilah puisi pembuka dari buku bersampul keren, Aku Anak Matahari. 
Memang secara pribadi seorang Gola Gong ketika menulis selalu berupaya untuk memberi inspirasi kepada para pembacanya. Inilah yang dinamakan menulis dengan hati dan cinta.
Berbilang beberapa kali bertemu dan berkomunikasi dengan Gola Gong, semakin pula melekatkan  hati, bahwa Gola Gong adalah seorang manusia pembelajar yang ramah dan rendah hati, belajar kepada orang-orang tanpa mengenal strata, belajar dengan alam dan belajar dengan banyak buku-buku cerita semasa kanak-kanaknya.
Gola Gong besar ditempa oleh kepekaan dalam membaca kesemuanya.
Buku Aku, Anak Matahari adalah buku yang berisi tentang pengalamannya semasa kanak-kanak, sampai remaja, dimana ia bersanding dengan keluarganya secara harmoni dalam membangun dirinya. Adanya kekurangan dalam fisiknya, yakni tangan kirinya diamputasi akibat jatuh ketika memanjat pohon tetapi terlambat dalam penanganan pengobatannya. Tapi dari kekurangan fisiknya, ayah dan ibunya begitu berperan bahwa bagaimanapun keadaannya, semangat untuk tidak menjadi pecundang harus tetap dikobarkan. Tak boleh menyerah akan keadaannya.
Berangkat dari sinilah maka Gola Gong kecil akrab dengan prestasi-prestasi seperti bulu tangkis, dan menulis. Bahkan saat sekarang telah memiliki pondok kecil untuk pemberdayaan masyarakat bernama Rumah Dunia di daerah Serang Banten.
Buku ini sangat perlu dan bahkan wajib untuk dibaca oleh anak muda yang saat ini mayoritas semangat juangnya telah tergerus oleh hal-hal yang instant dan membuat cengeng agar kembali untuk melangkah melanjutkan hidup dengan langkah-langkah yang kokoh. Juga bagi para penyandang cacat, bahwa bagaimanapun kekurangan sebaiknya tak menghalangi untuk maju.
Penting pula bagi para orang tua, baik yang dikaruniai anak yang kekurangan fisik ataupun yang sempurna, tetapi pada hakekatnya bahwa kemandirian untuk tidak tergantung pada orang lain adalah point terpenting dalam belajar dari buku ini,
Selamat membaca. Buku ini telah tersedia di Rumah Buku Langit Timur untuk ditelan sebagai penguat kita untuk mensikapi jaman.

Jumat, 25 Mei 2012

Catatan Bunda Neno Warisman Matahari Odi Bersinar karena Maghfi karya Neno Warisman

Buku Catatan Bunda Neno Warisman adalah sebuah tulisan refleksi kasih sayang yang tulus dan amat mendalam dari seorang Neno Warisman tentang keajaiban-keajaiban jiwa yang ia alami ketika mengasuh ketiga putranya, yakni Maghira Izzani Maulania, Raudyatuzzahra dan Ghiffari. Dari sini dapat ditemui tentang banyak kiat sederhana tetapi sekaligus bisa menjadi perenungan dari diri Bunda Neno tentang kebandelan cerminan dari kepolosan anak yang bisa membuahkan hakikat  agar kita dalam mengasuh hingga mengantarkan anak-anaknya menjadi manusia yang sholeh, cerdas, aktif sekaligus tetap membahagiakan.
Disini kita juga dapat mengambil kesimpulan bahwa keberhasilan pendidikan anak itu tergantung dari bagaimana cara kita mengemas komunikasi yang dilakukan dengan suasana yang nyaman bagi anak-anak. Komunikasi juga bisa dikemas dengan contoh perilaku kita sebagai orangtua agar bila ditiru anak bisa membanggakan, juga keteladanan.
Neno Warisman benar-benar membiarkan karakter anak-anaknya yang berlainan hingga dapat mengetahui benar bagaimana anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, mengenalkan untuk mencintai Allah beserta Rasul-Nya dan berusaha menanamkan rasa percaya diri agar ketika mereka melangkah keluar tidak menjadi anak yang gagap segalanya.
Beruntungnya kita mempunyai seorang Neno Warisman yang telah mewariskan bagaimana cara kita mengasihi dan menyayangi anak dengan cara yang benar.. 
Buku ini sangat layak untuk dibaca bagi ibu-ibu yang ingin menumpahkan kasih sayangnya kepada putra-putrinya dengan cara yang benar.
Rumah Buku Langit Timur telah memiliki buku ini dan siap untuk dipinjamkan kepada para pembaca.
Selamat membaca. Semoga bermanfaat dalam mengukir kesholehan anak-anak kita semua. Amin.

Kamis, 24 Mei 2012

Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu Karya Michiyo Inoue

"Ibu, apa-apaan sih, kok langsung ditutup telepon begitu. Bilang kek, 'Selamat malam', begitu omel Miyuki saat mendengar caraku yang tidak sopan dalam bertelepon.
Apa yang selama ini didapatnya dari orangtua, sekarang kalau orangtuanya salah, kata-kata yang pernah kuucapkan akan dikembalikan. Akupun menyesali caraku bertelepon tadi. Perasaan antara kesal karena ditegur oleh anak sendiri sekaligus geli dalam hati. Anakku memang sudah dewasa, sudah mampu menilai perilaku seseorang walaupun itu ibunya sendiri artinya dia sudah mampu menanggapi dunia sekitarnya.
Dari pendampinganku sejak dia lahir hingga sekarang ini, kadang aku merasa anakku akan menjadi orang yang melebihi orangtuanya. Jika saat itu terjadi, aku sungguh-sungguh akan bangga menjadi ibunya. Sungguh aneh memang hubungan orangtua dengan anak. Aku menatap Miyuki dengan perasaan campur aduk.
Itu adalah bagian dari tulisan prolog dari buku Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu. Dikisahkan Michiyo melahirkan seorang bayi dengan berat 500 gram dan sebagai bayi super prematur dia harus dimasukkan ke dalam inkubator. Karena terlalu banyak oksigen yang dihirup di dalam inkubator, akhirnya Miyuki terkena Retinophaty of Prematurity sehingga Miyuki dalam keadaan buta. Michiyo membesarkan dan mengasuhnya seorang diri. 
Dari memoar perasaan Michiyo maka lahirlah buku yang sangat menyentuh rasa ini. 
Ada kalimat yang sangat indah seperti "Anakku mengajarkan bahwa kelembutan dan cinta akan membuka kemampuan seseorang untuk bertahan walaupun tidak sempurna. Miyuki, terima kasih kau mau lahir dari rahim ibu.."
Buku ini sangat layak untuk dijadikan referensi agar kita bisa lebih sabar dengan kebandelan anak-anak kita dan bersyukur bahwa ternyata nasib anak kita jauh lebih beruntung dalam hal fisik dibandingkan dengan banyak anak yang kurang beruntung..
Buku terbitan Elex Media Komputindo ini sudah berada di rak Rumah Buku Langit Timur. Selamat Membaca dan salam buku..!!

Rabu, 23 Mei 2012

Tuhan Tidak Perlu Dibela Karya Abdurrahman Wahid

Memahami Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tidak cukup hanya dengan melihat sepak terjang dan manuver politiknya yang kontroversial saat-saat terakhir ini. Akan tetapi, perlu juga melihat jejak-jejaknya di masa lampau yang sangat brilian yang pernah digoreskannya. Meski demikian buku ini bukanlah dimaksudkan untuk menjelaskan pribadi Gus Dur secara utuh, melainkan hanya sebuah upaya menghadirkan Gus Dur dari sisi yang lain.
Tulisan-tulisan yang terkumpul dalam buku ini diambil dari kolom-kolom Gus Dur di majalah Tempo dasawarsa 1970-an dan 1980-an. Buku ini mengajak kita untuk memikirkan kembali persoalan-persoalan kenegaraan, kebudayaan, dan keislaman kita. Dalam kaitannya dengan agama, buku ini mempersoalkan fenomena agama dan kekerasan politik yang akhir-akhir ini banyak muncul di permukaan.
Agama dan kekerasan politik menjadi perhatian utama Gus Dur karena sering menimbulkan tafsiran yang bermacam-macam. Menurut Gus Dur, kekerasan politik merupakan akibat dari perilaku kaum fundamentalis agama yang berakar pada fanatisme yang sempit. Hal ini tergambar pada tindak kekerasan yang mengatsnamakan agama yang sering terjadi.
Kekerasan politik bukan merupakan akibat dari perilaku keagamaan karena agama tidak penah mengajarkan kekerasan. Penyalahgunaan agama sebagai alat politiklah yang menyebabkan terjadinya kekerasan. Bahwa ada hubungan antara agama dan politik meskipun harus diakui bahwa hubungan itu bisa berkait dengan banyak hal _ tidak lalu menyebabkan perbenturan kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.
Di samping tema agama dan kekerasan, dalam buku ini juga dimuat tulisan-tulisan Gus Dur yang berbicara tentang kebudayaan lokal yang memiliki arti penting bagi pluralisme sebagai prasyarat terbentuknya civil society.
Buku ini terdiri atas tiga bagian. 
Bagian pertama bertema "Refleksi Kritis Pemikiran Islam."
Bagian kedua bertema "Intensitas Kebangsaan dan Kebudayaan"
Bagian ketiga bertema "Demokrasi, Ideologi dan Politik".
Disinilah Gus Dur menggambarkan bagaimana paraadoks-paradoks yang terjadi di sekitar pemikiran Islam, perdebatan politik, sosial keagamaan, dan ideologi antar kelompok dalam konteks kebangsaan Indonesia.
Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam upaya mengembangkan nilai-nilai demokrasi, toleransi dan pluralisme di Indonesia.
(dikutip dari tulisan "Dari Redaksi" halaman v dan vi dalam buku ini)
Buku terbitan LKiS Yogyakarta ini sudah tersedia di rak Rumah Buku Langit Timur.
Selamat membaca!

Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata

Rumah Buku Langit Timur kemarin disumbang oleh seorang yang tak mau disebut namanya sebuah buku berjudul Anak Bajang Menggiring Angin. Isi buku tersebut tentang kisah epos Ramayana, dimana Romo Sindhu (panggilan akrab dari Sindhunata) mengisahkan dengan bahasa yang indah, sastra dan menyentuh hati.
Buku ini dimulai dengan awal kisah percintaan Dewi Sukesi dan Begawan Wisrawa yang penuh dengan intrik dan membuahkan anak sebagai kutukan dari dewa. Janin tersebut kemudian disebut Rahwana.
Pada bagian lain ada pula kisah dari keluarga Resi Gotama yang mempunyai tiga putri, satu bernama Retna Anjani dan kedua kakaknya yang bernama Guwarsa dan Guwarsih. Akibat peerbutan Cupu Manik Astagina, menyebabkan ketiganya kemudian menjelma menjadi kera di telaga Sumala. Guwarsa dan Guwarsih menjadi Sugriwa dan Subali, sedangkan Retna Anjani kemudian menjadi ibu dari Hanoman.
Lantas kisah berlanjut sampai pada Dasarata yang dikisahkan sedang berburu kijang, kemudian tanpa sengaja ia membidik anak panahnya kepada seorang pertapa muda yang akhirnya sampai menemui ajalnya. Padahal saat itu pertapa muda tersebut sedang mengerjakan darmanya dengan mencarikan air minum kepada kedua orangtuanya yang dalam keadaan buta. Kesalahan ini yang menyebabkan Dasarata dikutuk bahwa konon anaknya akan mengalami bencana besar yang disebabkan oleh seorang wanita. Dan pada kenyataannya inilah kisah Ramayana ini bermula.
Dasarata melahirkan seorang putra yang bernama Rama dan pada akhirnya lahirlah kisah asmara Rama dan Sinta..
Buku ini sangat layak untuk dibaca sebagai referensi tentang kisah Ramayana, juga meluas pada kekayaan wawasan berpikir kita tentang kebijakan-kebijakan yang pada umumnya didapat ketika kita bersentuhan dengan dunia wayang.
Buku terbitan Gramedia ini sudah bisa dipinjamkan oleh Rumah Buku Langit Timur. Semoga membawa manfaat.

Selasa, 22 Mei 2012

Peta yang Retak Karya EM Ali

TKI adalah suatu fenomena tersendiri bagi masyarakat juga negara. Di salah satu sisi ia merupakan pahlawan devisa, dimana setiap kali mereka pulang 'yang mengalami nasib beruntung' akan begitu diagung-agungkan di kampungnya. Biasanya hal itu bisa menjadikan perubahan beda ntuk rumah yang awalnya hanya papan atau anyaman bilah bambu dan berlantai tanah menjadi rumah gedung yang lebih besar dan mewah, perhiasan mulai menumpuk, dan gaya pun semakin metropolis. Tak peduli apakah disana sang TKI tersebut adalah buruh pabrik, buruh perkebunan kelapa sawit atau bahkan menjadi pembantu rumah tangga.
Sedangkan bagi mereka 'yang mengalami nasib kurang beruntung' maka pulang hanya membawa luka memar, lepuhan setrika, sayat-sayat luka akibat tusukan atau benda tajam, pemerkosaan, dipenjara bahkan ada juga sampai pulang hanya tinggal seonggok jenazah bahkan jenazah pun tidak ditemukan entah hilang kemana. Itulah fenomena TKI kita entah itu di kawasan Timur Tengah, Korea, Singapuran dan Malaysia.
Latar belakang itulah yang membuat novel berjudul Peta yang Retak ini tergelar. Dimulai dari nasib Maesaroh di kampung halamannya yang hanya tinggal bersama Emaknya sebagai seorang buruh tukang cuci keluarga Bu Karjo. Keberadaannya sebagai seorang buruh tukang cuci membuat kebutuhan ekonomi yang tertanggungkan tak cukup tersangga dengan baik. Hal itu membuatnya Maesaroh dan Emaknya sering ngutang di warung untuk membeli beras dan lauk untuk makan sehari-hari.
Kampungnya dimana para wanita sebaya Maesaroh yang meloncat ke Malaysia untuk mengadu keuntungan sebagai seorang TKI membuatnya ia pun tergiur untuk melakukan hal yang sama. Terlebih setelah melihat kenyataan bahwa para temannya sepulang dari Malaysia berhasil membangun rumah mereka lebih layak. 
Dari hal itu maka ia pun memutuskan meninggalkan emaknya di kampung tanpa pamit untuk melakukan perjudian nasib setelah ia hampir diperkosa oleh Badrun, anak majikannya.
Ternyata iming-iming kekayaan dan nasib baik itu berawal dari apa yang dinamakan sebagai seorang pendatang TKI non ilegal. Masuk ke Malaysia melalui jalur Selat Malaka dengan kapal tekong dan harus bersembunyi dari patroli polisi menyebabkan ia terdampar di hutan.
Perjuangan sangat berat ketika ia dimasukkan dalam perangkap pelacuran, sampai akhirnya pula ia melarikan diri, pingsan di tengah hutan sampai dirawat oleh Datuk Yusuf. Keberuntungan akhirnya mulai berpihak kepadanya ketika Datuk Yusuf ternyata mempunyai seorang anak perempuan bernama Fatimah yang telah meninggal dunia. Merasa wajah dan sifatnya sama menyebabkan Maesaroh di angkat menjadi anaknya dan namanya pun berubah menjadi Fatimah.
Datuk Yusuf sebagai seorang pengusaha rumah makan 'Borneo Restaurant' yang saat itu sedang mengalami perkembangan yang pesat sangat sayang terhadap Maesaroh/Fatimah sampai akhirnya seluruh rumah makan tersebut diserahkan kepadanya.
Tetapi ternyata materi dan kekayaan tak membuat kerinduan akan kampung halaman beserta emak yang ditinggalkan terlupakan sampai akhirnya semua yang dimiliki di Malaysia ditinggalkan untuk kembali ke kampung halamannya. 
Buku menarik ini menjadikan kita sadar akan nasib yang dialami oleh para TKI di Malaysia. Bagaimanapun keberadaannya adalah suatu wujud perjuangan untuk memperbaiki nasib hidupnya sendiri.
Rumah Buku Langit Timur memiliki koleksi buku terbitan Akademi Kesenian Yogyakarta (AKY) Press dan Jembatan ini dan siap untuk dipinjamkan.
Selamat membaca...
Semoga membawa manfaat.