Kamis, 31 Mei 2012

Spirit Al Qur'an Karya Amr Khalid

Spirit Al Qur'an, Kunci-kunci Menuju Kebahagiaan Sejati

Allah telah jelas menurunkan ayat-ayat Al Qur'an sebagai petunjuk bagi hamba-Nya untuk memasuki jalan-jalan kebenaran. Kedudukan ini sangat jelas bagi mereka yang mendambakan kehidupan yang seimbang dunia dan akhirat dalam keselamatan. 
Kesadaran ini sebetulnya telah terjumbuhkan sejak kita masih kecil, akan tetapi fenomena menjadi lain ketika di tengah budaya yang hingar bingar menghimpit rasa ini dijadikan acuan dari pada upaya pencarian kita dalam mencari kesejatian.
Orang sekarang cenderung untuk malas merenungi kebajikan yang terkandung di dalam Al Qur'an, hanya karena Al Qur'an dianggap sebagai bacaan yang kurang memenuhi selera jaman. Itulah yang membuat hati kita lantas tersesat, mencari fatamorgana, dan hanya berujung pada kebahagiaan yang sementara.
Sementara sebagian orang yang dulu pernah merasa tersesat (juga yang takut akan tersesat) mencoba kembali menghadirkan kandungan Al Qur'an untuk menemani spirit dalam melanjutkan kehidupan ini.
Buku Spirit Al-Qur'an ini berisikan tentang berapa intisari kandungan ayat yang termaktub dalam beberapa surat seperti Al Fatihah, Al Baqarah, Ali 'Imran, An Nisa', Al Maidah, Al An'am, Al A'raf, Al Anfal, At Taubah, Yunus, Hud, Yusuf, Al Ra'd, Ibrahim, Al Hijr, An Nahl, Al Isra', Al Kahfi, Maryam, Thaha, Al Anbiya', Al Hajj, Al Mu'minun, An Nur, Al Furqan, As-syura, An Naml, Al Qashash, Al Ankabut, Arrum, Luqman, As Sajdah, Al Ahzab, Saba', Fathir, Yaasin, As Shaffat, dan Shad.
Amr Khalid menuliskannya dengan cukup ringkas, dan kita membacanya tidak harus mulai dari halaman pertama, tetapi bisa kita pilih sesuai dengan yang kita inginkan. Apalagi bahasa yang dituliskannya sangat mudah untuk dipahami. 
Buku yang disumbang oleh Eravianto Relcki Nursamsi untuk pembaca Rumah Buku Langit Timur ini sangat tepat untuk mengetuk pintu hati guna menghadirkan Al Qur'an di ruang kita. Semoga hal ini bisa membawa manfaat yang besar bagi lompatan spiritual kita hingga kita dapat menjemput kasih-Nya dalam kedamaian yang kekal.
Terima kasih Rumah Buku Langit Timur sampaikan juga kepada Eravianto Relcki Nursamsi dan Diatri Satya Pratiwi, semoga Allah selalu menghantarkan tiap huruf yang kita kaji dijelmakan menjadi rahmat yang tiada terkira. Amin.

Rabu, 30 Mei 2012

Totto-Chan Karya Tetsuko Kuroyanagi

Ibu guru menganggap Totto-chan adalah anak yang nakal dan susah diatur, padahal sebetulnya gadis kecil itu hanya punya rasa ingin tahu yang tinggi. Itulah sebabnya ketika pelajaran berlangsung Totto-chan selalu berdiri dan memandang keluar dari jendela kelasnya. Karena para guru sudah tidak tahan lagi, akhirnya Totto-chan dikeluarkan dari sekolahnya.
Mamanya pun kemudian mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen. Melihat fisik sekolah tersebut Totto-chan langsung tertarik. Bagaimana tidak??
Di sekolah itu para murid belajardi gerbong kereta yang dijadikan kelas. Belajar dengan melakukan perjalanan, hingga Totto-chan merasa senang karena bisa melihat pemandangan perjalanan yang dilaluinya dari jendela kelas/gerbongnya. Mengasyikkan sekali..
Bukan hanya itu di Tomoe Gakuen, para murid juga boleh mengikuti pelajaran dengan urutan yang mereka inginkan. Ada yang memulai hari dengan belajar matematika, ada yang memilih dulu pelajaran fisika, ada yang ingin belajar bahasa dulu, bahkan ada yang memilih terlebih dulu dengan pelajaran menggambar. Pokoknya sesuka mereka. Karena sekolah ini unik maka Totto-chan sangat kerasan tinggal dan belajar di sekolah itu.
Selain itu di sekolah tersebut Totto-chan mendapatkan pelajaran yang berharga berupa persahabatan, rasa hormat dan menghargai orang lain, serta kebebasan menjadi dirinya sendiri.
Buku terbitan Gramedia ini berbentuk novel dengan bahasa yang sangat mudah untuk diikuti. 
Dari buku ini kita dapat belajar bahwa pola pendidikan dewasa ini bukanlah kecenderungan untuk menciptakan robot bagi anak didik, tapi bagaimana upaya kita semua untuk lebih memperlakukan mereka dengan selalu mendengar apa yang mereka inginkan, harapkan dan cita-citakan.
Itu yang sekarang sudah mulai langka di lingkungan lembaga pendidikan kita, apalagi banyak tenaga pendidik sekarang yang lebih mendahulukan untuk mengejar angka kredit dari pada pembebasan anak didik untuk mengekspresikan dirinya.
Buku ini juga perlu dibaca oleh para orangtua, agar tidak terjadi persinggungan yang melentik percikan emosi, padahal kita belum mendengarkan apa yang diinginkan anak-anak kita.
Buku ini tersedia di Rumah Buku Langit Timur dan akan sangat senang sekali bila bisa dibaca oleh banyak peminat buku hingga tertranfer bentuk komunikasi ideal antara kita dengan anak-anak kita.
Selamat membaca..

Selasa, 29 Mei 2012

Kiai Hamam Dja'far dan Pondok Pabelan Penyunting Ajip Rosidi

Buku ini berkisah sepak terjang Kiai Hamam Dja'far (akrab dipanggil Mbah Hamam) di era tahun 1960-an sampai tahun 1990-an. Dimana ketika itu beliau berperan sebagai pemimpin Pondok Pesantren Pabelan Magelang, dan pada kenyataannya Pondok Pabelan sangat dikenal luas oleh masyarakat se Indonesia bahkan sampai luar negeri.
Buku ini adalah himpunan dari kesaksian beberapa (mantan) santri Pondok yang mayoritas sekarang mempunyai kedudukan penting di tengah perkembangan kemajuan pemikiran Islam di Indonesia dan juga beberapa kerabat, saudara dan sahabat beliau. Seperti Pak Komarudin Hidayat, Emha Ainun Nadjib, Ahmad Syafi'i Ma'arif, George Junus Aditjondro, dll. 
Dikemas dalam bahasa yang sangat santun dan apik, sehingga tidak menggerus kewibawaan Mbah Hamam sebagai tokoh yang sangat kharismatis pada saat itu. 
Bagaimana banyak dikenang Mbah Hamam yang membangun pondok Pabelan sebagai pondok yang multikultural, artinya Pondok Pabelan yang sering menyediakan ruang dialog yang bebas resiko bagi masalah perbedaan agama, aliran, juga etnis serta dalam mengekspresikan budaya. Pondok Pabelan juga dikenang sebagai tempat sentral bagi ruang diskusi yang membahas pula tentang pendidikan, kemasyarakatan untuk kemaslahatan.
Banyak dikisahkan juga cerita-cerita yang menarik, lucu dan mengejutkan dari pengalaman para penulis ketika nyantri di Pondok Pabelan. Suatu kenangan tersendiri yang bisa memberikan gambaran tentang Pondok Pabelan pada masa lalunya.
Buku ini diterbitkan untuk menyambut ulang tahun Mbah Hamam ke 70 (kalau masih hidup) dan menyambut ke 43 tahun berdirinya Pondok Pabelan yang didirikannya. (buku ini terbit tahun 2008). Diterbitkan dan disunting oleh sastrawan kawakan Bapak Ajip Rosidi, yang kebetulan juga tinggal di sekitar Pondok Pabelan Magelang. Diterbitkannya buku ini tiada maksud lain adalah agar jejak jasa dari Kiai Haji Hamam Dja'far yang fenomenal tidak lekang oleh waktu yang demikian banyak menyodorkan tokoh-tokoh yang terkadang kurang dapat diteladani.
Semoga Allah membalas jasa beliau sebagai upaya mendirikan tentang kebajikan hidup.
Buku Kiai Hamam Dja'far sudah tersedia di Rumah Buku Langit Timur, atas sumbangan dari Bp. KH. Ahmad Najib Amin (putra pertama Mbah Hamam). Semoga buku ini dapat menghantarkan pembaca bisa mendapatkan sosok yang jelas tentang sepakterjang Mbah Hamam dan dapat memberikan inspirasi untuk berbuat baik terhadap kehidupan pembaca sendiri.
Selamat membaca..

Minggu, 27 Mei 2012

Aku, Anak Matahari Karya Gola Gong

Aku menulis ini dengan cinta
Seseorang datang kepadaku memberi inspirasi
Diolahnya batang pohon menjadi perahu
Disuruhnya aku mengarungi samudra
Dimana peperangan berkecamuk
Disuruhnya aku memilih
: pecundang atau pemenang
Kini medan perang ada di mana-mana
Seseorang yang memberiku inspirasi telah pergi
Warisannya bukan senjata dan topi perang
Tapi kekerasan hati dan pikiran

Inilah puisi pembuka dari buku bersampul keren, Aku Anak Matahari. 
Memang secara pribadi seorang Gola Gong ketika menulis selalu berupaya untuk memberi inspirasi kepada para pembacanya. Inilah yang dinamakan menulis dengan hati dan cinta.
Berbilang beberapa kali bertemu dan berkomunikasi dengan Gola Gong, semakin pula melekatkan  hati, bahwa Gola Gong adalah seorang manusia pembelajar yang ramah dan rendah hati, belajar kepada orang-orang tanpa mengenal strata, belajar dengan alam dan belajar dengan banyak buku-buku cerita semasa kanak-kanaknya.
Gola Gong besar ditempa oleh kepekaan dalam membaca kesemuanya.
Buku Aku, Anak Matahari adalah buku yang berisi tentang pengalamannya semasa kanak-kanak, sampai remaja, dimana ia bersanding dengan keluarganya secara harmoni dalam membangun dirinya. Adanya kekurangan dalam fisiknya, yakni tangan kirinya diamputasi akibat jatuh ketika memanjat pohon tetapi terlambat dalam penanganan pengobatannya. Tapi dari kekurangan fisiknya, ayah dan ibunya begitu berperan bahwa bagaimanapun keadaannya, semangat untuk tidak menjadi pecundang harus tetap dikobarkan. Tak boleh menyerah akan keadaannya.
Berangkat dari sinilah maka Gola Gong kecil akrab dengan prestasi-prestasi seperti bulu tangkis, dan menulis. Bahkan saat sekarang telah memiliki pondok kecil untuk pemberdayaan masyarakat bernama Rumah Dunia di daerah Serang Banten.
Buku ini sangat perlu dan bahkan wajib untuk dibaca oleh anak muda yang saat ini mayoritas semangat juangnya telah tergerus oleh hal-hal yang instant dan membuat cengeng agar kembali untuk melangkah melanjutkan hidup dengan langkah-langkah yang kokoh. Juga bagi para penyandang cacat, bahwa bagaimanapun kekurangan sebaiknya tak menghalangi untuk maju.
Penting pula bagi para orang tua, baik yang dikaruniai anak yang kekurangan fisik ataupun yang sempurna, tetapi pada hakekatnya bahwa kemandirian untuk tidak tergantung pada orang lain adalah point terpenting dalam belajar dari buku ini,
Selamat membaca. Buku ini telah tersedia di Rumah Buku Langit Timur untuk ditelan sebagai penguat kita untuk mensikapi jaman.

Jumat, 25 Mei 2012

Catatan Bunda Neno Warisman Matahari Odi Bersinar karena Maghfi karya Neno Warisman

Buku Catatan Bunda Neno Warisman adalah sebuah tulisan refleksi kasih sayang yang tulus dan amat mendalam dari seorang Neno Warisman tentang keajaiban-keajaiban jiwa yang ia alami ketika mengasuh ketiga putranya, yakni Maghira Izzani Maulania, Raudyatuzzahra dan Ghiffari. Dari sini dapat ditemui tentang banyak kiat sederhana tetapi sekaligus bisa menjadi perenungan dari diri Bunda Neno tentang kebandelan cerminan dari kepolosan anak yang bisa membuahkan hakikat  agar kita dalam mengasuh hingga mengantarkan anak-anaknya menjadi manusia yang sholeh, cerdas, aktif sekaligus tetap membahagiakan.
Disini kita juga dapat mengambil kesimpulan bahwa keberhasilan pendidikan anak itu tergantung dari bagaimana cara kita mengemas komunikasi yang dilakukan dengan suasana yang nyaman bagi anak-anak. Komunikasi juga bisa dikemas dengan contoh perilaku kita sebagai orangtua agar bila ditiru anak bisa membanggakan, juga keteladanan.
Neno Warisman benar-benar membiarkan karakter anak-anaknya yang berlainan hingga dapat mengetahui benar bagaimana anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, mengenalkan untuk mencintai Allah beserta Rasul-Nya dan berusaha menanamkan rasa percaya diri agar ketika mereka melangkah keluar tidak menjadi anak yang gagap segalanya.
Beruntungnya kita mempunyai seorang Neno Warisman yang telah mewariskan bagaimana cara kita mengasihi dan menyayangi anak dengan cara yang benar.. 
Buku ini sangat layak untuk dibaca bagi ibu-ibu yang ingin menumpahkan kasih sayangnya kepada putra-putrinya dengan cara yang benar.
Rumah Buku Langit Timur telah memiliki buku ini dan siap untuk dipinjamkan kepada para pembaca.
Selamat membaca. Semoga bermanfaat dalam mengukir kesholehan anak-anak kita semua. Amin.

Kamis, 24 Mei 2012

Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu Karya Michiyo Inoue

"Ibu, apa-apaan sih, kok langsung ditutup telepon begitu. Bilang kek, 'Selamat malam', begitu omel Miyuki saat mendengar caraku yang tidak sopan dalam bertelepon.
Apa yang selama ini didapatnya dari orangtua, sekarang kalau orangtuanya salah, kata-kata yang pernah kuucapkan akan dikembalikan. Akupun menyesali caraku bertelepon tadi. Perasaan antara kesal karena ditegur oleh anak sendiri sekaligus geli dalam hati. Anakku memang sudah dewasa, sudah mampu menilai perilaku seseorang walaupun itu ibunya sendiri artinya dia sudah mampu menanggapi dunia sekitarnya.
Dari pendampinganku sejak dia lahir hingga sekarang ini, kadang aku merasa anakku akan menjadi orang yang melebihi orangtuanya. Jika saat itu terjadi, aku sungguh-sungguh akan bangga menjadi ibunya. Sungguh aneh memang hubungan orangtua dengan anak. Aku menatap Miyuki dengan perasaan campur aduk.
Itu adalah bagian dari tulisan prolog dari buku Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu. Dikisahkan Michiyo melahirkan seorang bayi dengan berat 500 gram dan sebagai bayi super prematur dia harus dimasukkan ke dalam inkubator. Karena terlalu banyak oksigen yang dihirup di dalam inkubator, akhirnya Miyuki terkena Retinophaty of Prematurity sehingga Miyuki dalam keadaan buta. Michiyo membesarkan dan mengasuhnya seorang diri. 
Dari memoar perasaan Michiyo maka lahirlah buku yang sangat menyentuh rasa ini. 
Ada kalimat yang sangat indah seperti "Anakku mengajarkan bahwa kelembutan dan cinta akan membuka kemampuan seseorang untuk bertahan walaupun tidak sempurna. Miyuki, terima kasih kau mau lahir dari rahim ibu.."
Buku ini sangat layak untuk dijadikan referensi agar kita bisa lebih sabar dengan kebandelan anak-anak kita dan bersyukur bahwa ternyata nasib anak kita jauh lebih beruntung dalam hal fisik dibandingkan dengan banyak anak yang kurang beruntung..
Buku terbitan Elex Media Komputindo ini sudah berada di rak Rumah Buku Langit Timur. Selamat Membaca dan salam buku..!!

Rabu, 23 Mei 2012

Tuhan Tidak Perlu Dibela Karya Abdurrahman Wahid

Memahami Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tidak cukup hanya dengan melihat sepak terjang dan manuver politiknya yang kontroversial saat-saat terakhir ini. Akan tetapi, perlu juga melihat jejak-jejaknya di masa lampau yang sangat brilian yang pernah digoreskannya. Meski demikian buku ini bukanlah dimaksudkan untuk menjelaskan pribadi Gus Dur secara utuh, melainkan hanya sebuah upaya menghadirkan Gus Dur dari sisi yang lain.
Tulisan-tulisan yang terkumpul dalam buku ini diambil dari kolom-kolom Gus Dur di majalah Tempo dasawarsa 1970-an dan 1980-an. Buku ini mengajak kita untuk memikirkan kembali persoalan-persoalan kenegaraan, kebudayaan, dan keislaman kita. Dalam kaitannya dengan agama, buku ini mempersoalkan fenomena agama dan kekerasan politik yang akhir-akhir ini banyak muncul di permukaan.
Agama dan kekerasan politik menjadi perhatian utama Gus Dur karena sering menimbulkan tafsiran yang bermacam-macam. Menurut Gus Dur, kekerasan politik merupakan akibat dari perilaku kaum fundamentalis agama yang berakar pada fanatisme yang sempit. Hal ini tergambar pada tindak kekerasan yang mengatsnamakan agama yang sering terjadi.
Kekerasan politik bukan merupakan akibat dari perilaku keagamaan karena agama tidak penah mengajarkan kekerasan. Penyalahgunaan agama sebagai alat politiklah yang menyebabkan terjadinya kekerasan. Bahwa ada hubungan antara agama dan politik meskipun harus diakui bahwa hubungan itu bisa berkait dengan banyak hal _ tidak lalu menyebabkan perbenturan kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.
Di samping tema agama dan kekerasan, dalam buku ini juga dimuat tulisan-tulisan Gus Dur yang berbicara tentang kebudayaan lokal yang memiliki arti penting bagi pluralisme sebagai prasyarat terbentuknya civil society.
Buku ini terdiri atas tiga bagian. 
Bagian pertama bertema "Refleksi Kritis Pemikiran Islam."
Bagian kedua bertema "Intensitas Kebangsaan dan Kebudayaan"
Bagian ketiga bertema "Demokrasi, Ideologi dan Politik".
Disinilah Gus Dur menggambarkan bagaimana paraadoks-paradoks yang terjadi di sekitar pemikiran Islam, perdebatan politik, sosial keagamaan, dan ideologi antar kelompok dalam konteks kebangsaan Indonesia.
Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam upaya mengembangkan nilai-nilai demokrasi, toleransi dan pluralisme di Indonesia.
(dikutip dari tulisan "Dari Redaksi" halaman v dan vi dalam buku ini)
Buku terbitan LKiS Yogyakarta ini sudah tersedia di rak Rumah Buku Langit Timur.
Selamat membaca!

Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata

Rumah Buku Langit Timur kemarin disumbang oleh seorang yang tak mau disebut namanya sebuah buku berjudul Anak Bajang Menggiring Angin. Isi buku tersebut tentang kisah epos Ramayana, dimana Romo Sindhu (panggilan akrab dari Sindhunata) mengisahkan dengan bahasa yang indah, sastra dan menyentuh hati.
Buku ini dimulai dengan awal kisah percintaan Dewi Sukesi dan Begawan Wisrawa yang penuh dengan intrik dan membuahkan anak sebagai kutukan dari dewa. Janin tersebut kemudian disebut Rahwana.
Pada bagian lain ada pula kisah dari keluarga Resi Gotama yang mempunyai tiga putri, satu bernama Retna Anjani dan kedua kakaknya yang bernama Guwarsa dan Guwarsih. Akibat peerbutan Cupu Manik Astagina, menyebabkan ketiganya kemudian menjelma menjadi kera di telaga Sumala. Guwarsa dan Guwarsih menjadi Sugriwa dan Subali, sedangkan Retna Anjani kemudian menjadi ibu dari Hanoman.
Lantas kisah berlanjut sampai pada Dasarata yang dikisahkan sedang berburu kijang, kemudian tanpa sengaja ia membidik anak panahnya kepada seorang pertapa muda yang akhirnya sampai menemui ajalnya. Padahal saat itu pertapa muda tersebut sedang mengerjakan darmanya dengan mencarikan air minum kepada kedua orangtuanya yang dalam keadaan buta. Kesalahan ini yang menyebabkan Dasarata dikutuk bahwa konon anaknya akan mengalami bencana besar yang disebabkan oleh seorang wanita. Dan pada kenyataannya inilah kisah Ramayana ini bermula.
Dasarata melahirkan seorang putra yang bernama Rama dan pada akhirnya lahirlah kisah asmara Rama dan Sinta..
Buku ini sangat layak untuk dibaca sebagai referensi tentang kisah Ramayana, juga meluas pada kekayaan wawasan berpikir kita tentang kebijakan-kebijakan yang pada umumnya didapat ketika kita bersentuhan dengan dunia wayang.
Buku terbitan Gramedia ini sudah bisa dipinjamkan oleh Rumah Buku Langit Timur. Semoga membawa manfaat.

Selasa, 22 Mei 2012

Peta yang Retak Karya EM Ali

TKI adalah suatu fenomena tersendiri bagi masyarakat juga negara. Di salah satu sisi ia merupakan pahlawan devisa, dimana setiap kali mereka pulang 'yang mengalami nasib beruntung' akan begitu diagung-agungkan di kampungnya. Biasanya hal itu bisa menjadikan perubahan beda ntuk rumah yang awalnya hanya papan atau anyaman bilah bambu dan berlantai tanah menjadi rumah gedung yang lebih besar dan mewah, perhiasan mulai menumpuk, dan gaya pun semakin metropolis. Tak peduli apakah disana sang TKI tersebut adalah buruh pabrik, buruh perkebunan kelapa sawit atau bahkan menjadi pembantu rumah tangga.
Sedangkan bagi mereka 'yang mengalami nasib kurang beruntung' maka pulang hanya membawa luka memar, lepuhan setrika, sayat-sayat luka akibat tusukan atau benda tajam, pemerkosaan, dipenjara bahkan ada juga sampai pulang hanya tinggal seonggok jenazah bahkan jenazah pun tidak ditemukan entah hilang kemana. Itulah fenomena TKI kita entah itu di kawasan Timur Tengah, Korea, Singapuran dan Malaysia.
Latar belakang itulah yang membuat novel berjudul Peta yang Retak ini tergelar. Dimulai dari nasib Maesaroh di kampung halamannya yang hanya tinggal bersama Emaknya sebagai seorang buruh tukang cuci keluarga Bu Karjo. Keberadaannya sebagai seorang buruh tukang cuci membuat kebutuhan ekonomi yang tertanggungkan tak cukup tersangga dengan baik. Hal itu membuatnya Maesaroh dan Emaknya sering ngutang di warung untuk membeli beras dan lauk untuk makan sehari-hari.
Kampungnya dimana para wanita sebaya Maesaroh yang meloncat ke Malaysia untuk mengadu keuntungan sebagai seorang TKI membuatnya ia pun tergiur untuk melakukan hal yang sama. Terlebih setelah melihat kenyataan bahwa para temannya sepulang dari Malaysia berhasil membangun rumah mereka lebih layak. 
Dari hal itu maka ia pun memutuskan meninggalkan emaknya di kampung tanpa pamit untuk melakukan perjudian nasib setelah ia hampir diperkosa oleh Badrun, anak majikannya.
Ternyata iming-iming kekayaan dan nasib baik itu berawal dari apa yang dinamakan sebagai seorang pendatang TKI non ilegal. Masuk ke Malaysia melalui jalur Selat Malaka dengan kapal tekong dan harus bersembunyi dari patroli polisi menyebabkan ia terdampar di hutan.
Perjuangan sangat berat ketika ia dimasukkan dalam perangkap pelacuran, sampai akhirnya pula ia melarikan diri, pingsan di tengah hutan sampai dirawat oleh Datuk Yusuf. Keberuntungan akhirnya mulai berpihak kepadanya ketika Datuk Yusuf ternyata mempunyai seorang anak perempuan bernama Fatimah yang telah meninggal dunia. Merasa wajah dan sifatnya sama menyebabkan Maesaroh di angkat menjadi anaknya dan namanya pun berubah menjadi Fatimah.
Datuk Yusuf sebagai seorang pengusaha rumah makan 'Borneo Restaurant' yang saat itu sedang mengalami perkembangan yang pesat sangat sayang terhadap Maesaroh/Fatimah sampai akhirnya seluruh rumah makan tersebut diserahkan kepadanya.
Tetapi ternyata materi dan kekayaan tak membuat kerinduan akan kampung halaman beserta emak yang ditinggalkan terlupakan sampai akhirnya semua yang dimiliki di Malaysia ditinggalkan untuk kembali ke kampung halamannya. 
Buku menarik ini menjadikan kita sadar akan nasib yang dialami oleh para TKI di Malaysia. Bagaimanapun keberadaannya adalah suatu wujud perjuangan untuk memperbaiki nasib hidupnya sendiri.
Rumah Buku Langit Timur memiliki koleksi buku terbitan Akademi Kesenian Yogyakarta (AKY) Press dan Jembatan ini dan siap untuk dipinjamkan.
Selamat membaca...
Semoga membawa manfaat.

Hamba Sebut Paduka Ramadewa Karya Herman Pratikto

Yawat sthasyanti girayah saritas qa mahitele tawat
Ramayanakatha lokequ pragarisyati
Selama bukit berdiri tegak dan sungai mengalir ria maka
kisah Ramayana tiada kan sirna
(Dewa Brahma kepada Walmiki)

Kisah Ramayana memiliki tempat khusus dalam sejarah sastra India, negara asalnya. Kisah dengan berbagai intrik sifat manusia yang diwujudkan dalam dunia pewayangan berpengaruh juga menjadi sebuah akar kebudayaan di Birma, Thailand, Kamboja dan Indonesia.
Di Indonesia kemudian diberi petuah-petuah bijak lokal yang sesuai dengan kebudayaan di Indonesia pada khususnya Jawa. Dari ketiadaan benturan budaya ini menjadikan seolah cerita Ramayana (dan juga Mahabarata) seolah adalah budaya asli dari Jawa.
Herman Pratikto sebagai seorang penulis sejarah dan juga sastra tak ketinggalan mencoba mengembangkan kisah Ramayana dalam versi Indonesia. Dimulai dari kelahiran Ramaparasu, kisah Rahwana dan Destarata sampai pada puncaknya adalah penculikan Shinta. Dan pada akhir kisah diceritakan tentang bukti kesucian Sinta terhadap keraguan Rama pasca penculikan. 
Satu hal pula yang dijadikan tokoh pelengkap tapi sangat penting adalah kisah penghadangan Jatayu yang mengakibatkan pertempuran dengan Rahwana hingga Jatayu kemudian  gugur dan juga pembakaran Alengka oleh Hanoman.
Diceritakan dengan terstruktur dan rapi, menunjukkan bahwa Herman Pratikto (wafat pada tanggal 13 Februari 1987) semasa hidupnya dalam membuat karya memang sangat teliti dan penuh inormasi petuah yang menjadikan kita lebih dewasa.
Herman Pratikto semasa hidupnya telah mebuahkan karya monumental seperti Bende Mataram, Dari Westerling sampai Kartosuwiryo dan Nikolas II.
Buku Hamba Sebut Paduka Ramadewa adalah salah satu karya yang monumental juga. Karya ini sangat layak untuk dibaca guna menggali kebijakan-kebijakan timur yang sudah mulai redup di tengah arus globalisasi yang mengandalkan pop dan budaya instant ini.
Selamat membaca, bagi yang berminat bisa meminjam di rak Rumah Buku Langit Timur atau membeli di toko buku langganan pembaca,

Senin, 21 Mei 2012

Frank Si Detektif (Cuplik)


“ Dunia ini, tak ada orang yang bisa dipercayai,” demikian kata Frank, seorang detektif amatiran.
Ia begitu benci hidup, karena orang tuanya dibunuh di depan matanya sendiri oleh penjahat saat ia berumur 12 tahun. Frank yang sudah menginjak umur 19 tahun ini, mati – matian mengejar keadilan demi menangkap penjahat tersebut.
“ Aku tak akan diam saja jika hukum di negeri ini masih saja seperti ini,” kata Frank.
Berulang kali Frank mencari pelakunya satu per satu dengan melihat daftar penjahat yang masih buron. Namun usahanya sia – sia. Tak ada sedikitpun petunjuk yang menunjukkan pelakunya. Frank mulai putus asa. Belakangan inipun, Frank sedikit demi sedikit mulai melupakan hal yang menimpanya. Menurutnya, walaupun ia berusaha keras menangkap penjahat itu, tak akan bisa mengubah semuanya yang sudah terjadi.
Frank yang tak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi ini hanya menjadi detektif yang banyak nganggur. Karena itu, Frank berencana akan pergi ke Los Angles untuk menenangkan dirinya.           
Beberapa hari kemudian.......

“ Yakk! Tiket, sudah. Bekal, sudah. Emm, handphone, uang... Terus apalagi ya? Ohh, iyaa!! ” Frank berteriak kaget.
Rupanya di sana tampak Frank yang sedang memeluk foto orang tuanya.
“ Ohh, aku hampir melupakan kalian” kata Frank yang sedang berkaca – kaca matanya.
Kemudian ia merenungkan sejenak.
“ Janjiku.. Dulu aku mempertaruhkan jiwa ragaku untuk menangkap pelaku tak berhati itu.. Kenapa sekarang aku begitu mudah untuk melupakannya? ” gumam Frank.
“ Ahh, sudahlah. Kan hanya beberapa pekan saja? ” lanjutnya.
Ia pun segera berangkat ke bandara sambil membawa foto itu.
Sampai tepat di depan gerbang bandara, tiba – tiba sekerumpulan preman mengeroyok Frank.
“ Hey, anak muda! Berikan tas itu !! ” gertak salah satu preman itu.
“ Ehh, ta... ta.. pi ”
“ Sudah!! Jangan banyak bicara !! ”
Setelah itu, preman – preman tersebut pergi dengan membawa tas milik Frank. Padahal, semua bekal untuk rekreasinya ke Los Angles ada dalam tas itu.
“ Hey, bagaimana ini? Mau pulang pun, semua uangku ada dalam tas itu. Huffh.. ”
Dengan wajah lesu bercampur marah, ia berjalan perlahan mengikuti jalan yang dilewati para preman itu.
Setelah cukup lama berjalan, ia menemukan tasnya yang dicuri para preman itu tergeletak di trotoar.
“ Hey, bukankah tas itu milikku? Kenapa bisa sampai sini? ” kata Frank heran.
“ Ahh, sudahlah. Dengan ini aku bisa kembali pulang ke rumah... Yeahh !! ”
Ketika Frank hendak mengecek isi tasnya itu, di sanalah asal mula tragedi ini bermunculan.
“ Apa iniii ??!!! B.. Bom???!? Waaa... ”
“ Tunggu dulu! Jika bom ini berada dalam tasku, maka.. Yang menaruh bom ini adalah para preman berandal itu?” analisa Frank, si detektif amatir.
Setelah polisi dan para tim gegana yang dipanggil Frank itu datang, mereka segera menjinakkan bom itu juga dan mengevakuasi orang – orang yang berada di sekitar lokasi tersebut ke tempat yang lebih aman.
“ Hey, Pak Polisi. Benarkah itu bom? ”
“ Iya. Menurut informasi yang kami dapat, bom itu adalah bom waktu. Oh, ya! Apakah kau yang pertama menyadari adanya bom itu, Anak Muda? ” tanya Polisi tersebut.
“ Benar, Pak Polisi. Sebenarnya, tas itu milikku, Pak. Mulanya aku mau ke Los Angles untuk refreshing. Tapi, tiba – tiba segerombolan preman mengancamku untuk menyerahkan tasku itu kepada mereka. ”
“ Hey, anak muda, sebaiknya anda cepat mengungsi bersama yang lainnya. Ayo cepat!
Frank juga manusia biasa. Dia juga punya rasa takut. Karena itu, Frank segera mencari tempat yang aman baginya.
Setelah Frank sampai ke pengungsian, dan menunggu cukup lama, ia mendengar ledakan yang cukup besar. Ia pikir itu adalah bom yang berada di tasnya tadi. Iapun mendatangi lokasi tempat tadi.
“ Pak Polisi.. Kok..? ”
“ Tenang saja. Ternyata, bom ini hanya bom kelas teri yang mudah untuk dijinakkan. Kau kesini pasti karna mendengar ledakan tadi itu kan?”
“ Ya. Kupikir bom ini yang meledak, ternyata.. Ohh ya, Pak. Bapak mau menyelidikinya bersamaku?” tawar Frank.
“ Dengan senang hati.”
Bersama dengan polisi itu, Frank merasakan atmosfer yang berbeda di sekitar lokasi yang terdengar suara ledakan tersebut.
“ Pak, bom itu bukan bom biasa. Sebaiknya kita harus mengurungkan niat kita”
“ Maksudmu? ” tanya Pak Polisi tersebut.
“ Entahlah, tapi sesuatu mengatakan kepadaku agar untuk kita menjauh.”
“ Huh, baiklah.”
Beruntung sekali Frank dan polisi itu. Sebab, ledakan yang ia dengar adalah sebuah percobaan yang dilakukan oleh organisasi preman yang Frank temui di bandara. Tas berisi bom itupun hanya pengalihan perhatian. Sebab, untuk melakukan percobaan peledakan bom di tengah kota, lebih sulit dari kelihatannya.
Di saat yang lain.....
“ Bwahahahaha..!!! Akhirnya, setelah lama kita berulang kali menemukan kebuntuan, kali ini kita berhasil !! Bom berbahan potassium dan uranium” kata Yusuf, pemimpin organisasi preman itu penuh bangga.
Itu adalah penemuan mengerikan yang mengawali semua tragedi ini.
“ Hey, Pak Polisi! Kenapa yang mendengar ledakan itu cuma kita ya? Ledakan sekeras itu seharusnya semua orang bisa mendengarnya.” Kata Frank heran.
“ Inikan sudah malam. Kalau di sekitar bandara ini, situasi saat malam hari sepi karena jadwal penerbangan pesawat hanya dilakukan di siang hari. Para polisi yang lain dan tim gegana tadi juga sudah pulang 1 jam sebelum kau datang menemuiku.“ jelas pak polisi.
“ Lalu, kenapa Bapak masih ada di sini? “
“ Kau yang mengajakku kan!!”
“ Haha, benar juga ya. Oh ya. Nama Bapak siapa? ”
“ Hassan. Kau Anak Muda?”
“ Namaku Frank. Eh, Pak Hassan. Di dalam tasku berisi bom tadi, masih adakah barang – barang milikku? Aku nggak bisa pulang nih ke rumah, semua uangku masih berada di tas itu.”
“ Maaf Frank, tas itu hanya berisikan bom. Mungkin, barang – barangmu dibawa oleh preman yang kau ceritakan tadi siang.”
“ ..Benar juga. Hufh.. “
“ Jangan sedih, Frank. Kau boleh menginap di rumahku kok..!” ajak Pak Hassan.
“ Be.. Benarkah Pak? Bolehkah itu?”
“ Iya. Anggap saja rumah sendiri.”
“ Terimakasih banyak Pak.. !! “
Setelah sampai di rumah Pak Hassan, Frankpun berbincang – bincang cukup lama dengan Pak Hassan. Dan pada akhirnya..
“ Adik Bapak menghilang? ” tanya Frank
“ Iya. Saat itu adik Bapak adalah narapidana kasus perampokan bank. Dan yang menangkapnya.. adalah Bapak sendiri.” cerita Pak Hassan terhenti karena ia berusaha menahan air matanya.
“ Tapi..” lanjutnya.
“ Karena mungkin hatinya yang teriris, iapun melarikan diri dari penjara. Sampai saat ini ia masih buron,”
“ Ohh.. Lalu, siapa nama adik Bapak?” tanya Frank penasaran.
“ Yusuf. Ini nih fotonya! Saat itu ia bersamaku di taman kota” sambil menunjukkan sebuah foto yang di dalamnya terdapat foto Yusuf.
“ Kapan Bapak mengambil foto ini?”
“ Setahun lalu. Tepat 3 hari sebelum Yusuf ditangkap.”
“ Hmm...”
Di tempat yang lain....
“Waah.. Kita beruntung, ada uang 100.000 dolar! Kerja bagus!” kata Yusuf kepada anak buahnya.
“Tentu dong Bos!” jawab anak buahnya.
“Tunggu dulu, benda apa yang bulat ini?” 
Apa benda itu? Mungkinkah alat pelacak Frank? Nantikan Bukunya ya!! :)

Dikarang oleh : Ichsan Dwi S
                            : Seto Rahardyanto (SMP Negeri 1 Muntilan)

Minggu, 20 Mei 2012

Matilda karya Roald Dahl

Ini adalah novel anak. Diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama bulan September 1991. Novel ini sangat bagus terutama untuk menambah minat baca anak-anak. Berbagai bacaan referensi buku-buku  anak-anak bermutu ditampilkan di dalam buku ini, ini tentunya jika anak kita kritis membacanya, lantas akan berburu buku-buku yang pernah dibaca oleh sang tokoh Matilda seperti :
      - Kisah Dua Kota karangan Charles Dickens
      - Oliver Twist karangan Charles Dickens
      - Jane Eyre karangan Charlotte Bronte
      - Kesombongan dan Prasangka karangan Jane Austen
      - Mesin Waktu karangan HG. Wells
      - Laki-laki Tua dan Laut karangan Ernest Hemingway
      - Peternakan Binatang karangan George Orwell, dll.
Memang disini tokoh Matilda diceritakan anak perempuan berumur empat tahun tiga bulan yang sudah pintar membaca dan sudah bisa menceritakan kembali buku apa yang dibacanya. Tiap saat memanfaatkan waktunya untuk membaca buku di perpustakaan. Dari membaca buku, Matilda lantas tumbuh menjadi anak yang banyak akal. dan ironisnya di rumah hanya ada satu buku yang berjudul Memasak secara Mudah, dan itu sudah dihapalkannya, sehingga ketika meminta ayahnya membelikan buku, ayahnya mengatakan sebagai anak manja. Maka jalan satu-satunya adalah ketika di rumah sendirian akibat kakak, ayah dan ibunya pergi dengan urusan masing-masing, Matilda pergi ke perpustakaan umum di desanya.
Masalah datang ketika Matilda lantas dimasukkan di sekolah dan bertemu dengaan Miss Trunchbull, kepala sekolahnya yang sangat kejam, dan Miss Honey yang sangat disukainya karena selalu berempati dengan apa yang disukai oleh Matilda..
Buku ini sangat layak untuk dibacakan oleh putra-putri anda yang masih berusia Sekolah Dasar guna merangsang betapa pentingnya untuk memanfaatkan waktu dengan membaca buku.
Silahkan yang berminat untuk membeli di toko buku langganan anda, dan buku Matilda ini sudah ada di rak Rumah Buku Langit Timur pula.
Selamat membaca buku..

Sabtu, 19 Mei 2012

Humaira Ibunda Orang Beriman - Kamran Pasha

Novel luar biasa. Itulah komentar yang kuucapkan untuk mengungkapkan perasaan membuncah saya ketika habis membaca buku Humaira Ibunda Orang Beriman karya Kamran Pasha ini.
Humaira sendiri adalah sebutan kesayangan Rasulullah untuk sang istri, Aisyah yang berarti pipi kemerah-merahan.
Dibuka dengan perasaan Aisyah yang kesepian setelah ditinggal wafat Rasulullah, ia mengenang sosok yang dikaguminya dengan penuh haru tapi tak terjebak dalam kecengengan. Awal yang sangat indah, dan jarang sekali sudut ini disentuh oleh para penulis.
Kalimah seperti : "Bagaimana mungkin aku, Aisyah, putri Abu Bakar, perempuan paling terkenal pada zamannya, berharap menukar kenangan-kenanganku dengan bumi yang tuli dan bisu..?"
Bagaimana tidak. Aisyahlah saksi yang melihat secara penuh perubahan Muhammad dari seorang manusia lelaki biasa, akhirnya menjadi manusia yang dihormati oleh seluruh umat muslim, tokoh terbesar sepanjang sejarah, namun rendah hati sekaligus menjadi manusia terhormat yang menjadi satu-satunya kekasih Allah.
Namun setelah sang kekasih Allah ini wafat, ia menjadi sebuah monumen di tengah hiruk pikuk pergerakan Islam (ajaran yang dibawa oleh suaminya) dengan segala intrik dan perkembangannya.
Sangat direkomendasikan untuk dibaca, agar kita bisa menjadi lebih tahu, apa yang akan kita perbuat setelah kibaran perjuangan diturunkan agar kita lantas tak terjebak dalam romantisme apalagi powersyndrom...
Buku terbitan Zaman dengan ketebalan 616 halaman ini ditulis dengan riset yang tak main-main dan bisa menjadi acuan langkah di usia senja kita. 
Buku ini sudah berada di rak Rumah Buku Langit Timur dan siap untuk dipinjamkan kepada siapa saja yang berminat ingin membacanya. Semoga bermanfaat. amin.

Jumat, 18 Mei 2012

Catatan Harian Anne Frank - Otto H. Frank dan Mirjam Pressler

Catatan Harian Anne Frank adalah sebuah dokumen abadi dari seorang gadis belia tentang kekejaman NAZI dan Holocaustnya di Amsterdam. 
Anne Frank lahir pada 12 Juni 1929, dan ia memulai mencatat dan mendokumentasikan apa yang disaksikan serta dirasakannya mulai pada usia 13 tahun. Jadi tak heran jika dalam catatan harian ini terkadang muncul sifat manja, kekurangmandirian dan rewel, seperti contohnya ketika berkonflik dengan ibunya,
Anne Frank dikisahkan untuk menghindari kekejaman tentara Nazi yang saat itu menduduki kota Amsterdam bersama keluarganya bersembunyi di Secret Annex. Disitu banyak diceritakan tentang ketegangan ancaman bila ketahuan hingga ditangkap dan dibunuh. Bercampur aduk juga dengan kelaparan, keterasingan dari dunia luar hingga menimbulkan kebosanan. Kesalahpahaman yang berakibat fatal, frustasi yang tak tertahankan dalam keterbatasan ruang geraknya sampai kemudian ia meninggal di penjara di Bergen Belsen sekitar tiga bulan menjelang ulangtahunnya ke 16.
Sebuah kisah abadi yang pernah pula beberapa kali difilmkan pula dan mendapatkan penghargaan dari ajang festival bergengsi.
Bagi yang ingin menikmati bisa mampir dan membacanya di Rumah Buku Langit Timur, Dukuhan rt.01/02 Gunungpring Muntilan Magelang.

Catatan Seorang Demonstran Karya Soe Hok Gie

Buku ini berisi tentang catatan harian dari seorang tokoh muda bernama Soe Hok Gie. Dengan latar belakang kondisi sosial, politik dan pergaulan era tahun 1960, Gie begitu cermat, tekun sekaligus cerdas dalam mencatat apa yang dialami dan dipikirkannya.
Gie memulai dari kondisi lingkungan kampusnya Universitas Indonesia jurusan Sastra, termasuk aktivitasnya dalam membentuk mahasiswa pecinta alam (MAPALA) bersama rekan-rekannya, sampai mencatat pula dengan kekritisan berpikirnya tentang kepemerintahan Soekarno era tahun-tahun di atas.
Soe Hok Gie sendiri pernah menjadi panutan anak-anak muda saat itu, terutama ketika ia menampilkan pemikiran-pemikirannya di berbagai media. Pemikirannya begitu jauh ke depan, hingga ia sering mendapat julukan sebagai cendekiawan muda.
Sayang sekali pemuda yang penuh cita-cita dan mempunyai visi jauh ke depan ini meninggal pada usia yang masih sangat muda dalam pendakian gunung di puncak Semeru. Makanya buku ini sangat berharga dan menginspirasi bagi para anak muda yang ingin melakukan pergerakan perubahan.
Catatan yang sangat mudah dipahami ini pernah di filmkan oleh Riri Reza dan Mira Lesmana dengan judul GIE pada tahun 2005 dibintangi oleh Nicholas Saputra dan mendapat berbagai macam penghargaan termasuk pula mendapat tempat di hati para pecinta film tanah air.
Bagi yang berminat ingin membacanya bisa di dapatkan di rak Rumah Buku  Langit Timur. Selamat menikmati perjuangan seorang pejuang muda yang selalu gigih menyuarakan kebenaran..
 

Rabu, 16 Mei 2012

Surat Kecil untuk Tuhan - Agnes Davonar

Bawa Aku Kembali
Bila ada tawa di dunia ini
maka ada tangis di sampingnya
Bila ada keberhasilan di dunia ini
maka ada kegagalan di sampingnya

Bila aku bisa memilih antara sekarang dan masa lalu
Aku ingin kembali ke masa lalu
masa dimana aku masih hidup tanpa rasa sakit
masa dimana aku masih bisa menangis karena haru
bukan karena kesedihan melihat tangis orangtuaku

Tuhan
hidupku mungkin hanya sesaat
namun berikanlah hidupku menjadi  cahaya bagi mereka
bagi siapapun yang kucintai
bawa aku kembali

Tuhan
dalam masa indah itu walau hanya sesaat.

 Buku Surat Kecil untuk Tuhan adalah buku yang diambil dari kisah nyata seorang gadis berusia 13 tahun bernama Gita Sesa Wanda Cantika dalam perjuangannya melawan penyakit kanker. Tragis memang di usia dimana ia harusnya bisa bercengkrama dengan teman sebayanya, tiba-tiba keceriaannya datang merenggutnya, ketika dokter memvonis menderita kanker jaringan lunak, penyakit yang pertama kali terjadi di Indonesia, sehingga mantan penyanyi cilik ini harus menanggung akibat yakni wajah dan parasnya rusak, wajah yang dahulunya cantik berubah menjadi seperti monster.
Akan tetapi Keke tetap berjuang hingga ia mampu bertahan selama 3 tahun, walau akhirnya nyawa merenggutnya.
Kisah perjuangan inilah yang diangkat ke sebuah buku, bahkan pada pertengahan tahun 2011 pernah diangkat di layar lebar dan mendapat sambutan di masyarakat.
Buku yang diterbitkan oleh Inandra Published Jakarta ini bisa kalian dapatkan di rak Rumah Buku Langit Timur. Selamat membaca dan menikmati perjuangan Gita Wasesa Wanda Cantika dengan keharuan. Semoga pembaca dapat mengambil manfaat tentang arti pentingnya sebuah rasa optimis, tidak putus asa dan berjuang sampai titik darah penghabisan.

Selasa, 15 Mei 2012

Kuantar ke Gerbang - Ramadhan KH

Buku ini berkisah tentang romansa Ir. Soekarno dengan Ibu Inggit. Dikemas apik dengan bahasa yang santun juga bernilai sastra yang tinggi. Maklumlah sang penulis sendiri adalah Ramadhan KH, sastrawan sekaligus penulis biografi terbaik di tanah air ini.
Dikisahkan tokoh Ibu Inggit adalah perempuan yang hebat. Perempuan yang luar biasa karena sifat dan tindakannya, dan aku tidak pernah tahu ini sebelumnya.
Cinta memang begitu misteri, begitupun kehidupan. Kita tidak dapat menerka apa yang terjadi pada kehidupan kita yang akan datang, barangkali itu gambaran kisah cinta Inggit dan Sukarno. Sukarno yang pada waktu itu merupakan menantu dari HOS Tjokroaminoto yang berniat ke Bandung untuk melanjutkan sekolah di THS –ITB sekarang, mungkin tidak akan membayangkan kalo akhirnya dia akan menikahi Inggit sang induk semang, demikian pula Inggit yang telah bersuamikan Sanusi, tentu tidak berpikir untuk “selingkuh” kemudian menikah dengan Sukarno yang usianya terpaut jauh. Tapi begitulah hidup, terkadang kehidupan memberi kita pilihan yang sulit, memberi kejutan-kejutan yang tak pernah kita bayangkan, kadang pilihan yang kita ambil akan menimbulkan reaksi negative dari orang lain yang hanya melihat sesuatu dari sisi luar saja (mungkin begitu juga terhadap Inggit dan Sukarno), tapi hidup harus senantiasa berjalan, dan kita harus berusaha untuk istiqomah sesulit apapun resiko yang akan terjadi. Kekuatan, ketegaran, ketabahan dan cinta Inggit mendampingi Sukarno dalam masa sulit (masa-masa pembuangan dan penjara) telah memberi banyak inspirasi bagi kaum perempuan, Inggit memberikan peran terbaiknya sebagai istri, sebagai pendamping dalam setiap kegiatan politik Soekarno.
Inggit adalah sosok perempuan yang luar biasa, dia bukan hanya sebagai kekasih, tetapi juga sebagai kawan dan ibu dari Sukarno (seperti yang diceritakan dalam buku). Tak banyak perempuan hebat semacam itu, barangkali tanpa Inggit, Sukarno takkan sehebat itu, seperti kata pepatah, laki-laki (suami) yang hebat (berhasil) adalah karena memiliki perempuan yang super (kuat, tegar, sabar), pun demikian ketika Sukarno memutuskan untuk menikah dengan Fatmawati, setelah kurang lebih 19 atau 20 tahun mereka menikah, Inggit memilih untuk bercerai, tidak bersedia untuk di madu, padahal jika saja Inggit mau tetap menjadi istri pertama Sukarno, Inggit memiliki kesempatan untuk menjadi Ibu Negara yang peranannya tentu akan lebih dihargai dan dihormati, bukan menjadi perempuan yang biasa yang “dilupakan”, disitulah aku menemukan Inggit sebagai sosok perempuan yang kuat, perempuan yang mampu berdaulat atas dirinya sendiri, perempuan yang memiliki prinsip dan sikap.

Bagi yang ingin membaca romansa Soekarno dan Ibu Inggit, buku Kuantar ke Gerbang terbitan Bentang Pustaka Yogyakarta (dulu pernah diterbitkan oleh Sinar Harapan) ini sudah ada di rak Rumah Buku Langit Timur atau kalian masih bisa mendapatkannya di toko buku langganan anda.

Senin, 14 Mei 2012

Supernova 4 Partikel Karya Dee

Novel ini adalah rangkaian dari novel Supernova karya Dewi Lestari atau akrab dipanggil Dee, sebagian yang telah beredar adalah Supernova#1 Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Diikuti Supernova #2 Akar, Supernova#3 Petir.
Novel Partikel ini adalah episode keempat sebelum nantinya akan terbit lagi Supernova episode kelima dengan judul Gelombang dan akan ditutup episode keenam berjudul Intelegensi Embun Pagi.
Dewi Lestari memang sejak kecil sudah mempunyai hobi menulis. Dulu bersama Rida dan Sita menjadi penyanyi trio dengan nama RSD.
Supernova 4 Partikel bercerita tentang Zarah dan adiknya, Hara  dibesarkan secara tidak konvensional oleh ayahnya, Firas, seorang dosen sekaligus ahli Mikologi (jamur).
Ada hobi lain dari Firas, yakni mempunyai hubungan khusus (mistik) dengan Bukit Jambul, Batu Luhur, sebuah tempat angker yang sangat ditakuti oleh orang kampung. Ini menjadikan tragedi yang susul menyusul menimpa keluarga Zarah hingga ia kemudian melarikan diri di daerah Tanjung Puting, tempat konservasi Orang Utan. Bakatnya terhadap dunia fotografi menjadikan ia bisa menemukan pengembaraan yang bermuara cinta, persahabatan sekaligus pengkhianatan di London.
Asyik untuk dibaca sekaligus bisa menangkap keliaran imajinasi dan ilmu pengetahuan tentang konservasi alam, jamur dan orang utan serta dunia fotografi dari seorang Dewi Lestari yang tanpa batas. Sangat layak dan direkomendasikan untuk dibaca oleh penggemar dan penikmat buku-buku sastra.
Buku terbitan Bentang Yogyakarta terbitan April 2012 sudah ada di rak Rumah Buku Langit Timur. atau bisa pembaca dapatkan di toko-toko buku langganan pembaca. Malah ada edisi khusus bertanda tangan Dee yang bisa didapatkan di toko Gramedia.
Selamat membaca dan mengarungi luasnya imajinasi dari buku..
Semoga bermanfaat.

Sabtu, 12 Mei 2012

My Wife My Princess - M. Irfan Hidayatullah

Buku ini sangat tepat bagi yang mau menceburkan diri berlayar dalam rumah tangga. Dalam bahasa yang sederhana buku ini mengulas tentang dasar-dasar dalam berumah tangga. Mulai dari melangsungkan akad nikah, merencanakan perekonomian keluarga, fenomena istri yang berprofesi sebagai wanita karier, jika kondisi ekonomi goyah, merencanakan masa depan anak, dan pemakluman-pemakluman terhadap kondisi istri yang kekurangan.
Memang sesuai dengan judulnya, buku ini lebih tepat dibaca oleh para suami, calon suami dan yang berminat untuk berkeluarga.
Ada hal yang penting dari jembatan menjalin keluarga baru yang ada dalam pokok bahasan disini, yakni :
1) kebersamaan
2) saling terbuka
3) saling berdialog
4) saling menghargai kerja keras dan memaklumi segala kekurangan
5) saling memposisikan peran yang disandang masing-masing.
Buku ini juga merangkum dari pemikiran-pemikiran berbagai ahli tentang tips mencintai istri apa adanya dan dikemas oleh penerbit Gema Press Insani dengan apik hingga sangat layak jika dijadikan hadiah/kado bagi teman kita yang akan melangsungkan perhelatan pernikahan.
Silahkan bagi yang ingin membaca guna menambah wawasan bisa datang ke rumah buku langit timur atau bisa membeli di toko buku terdekat.

Kamis, 03 Mei 2012

Cara Menghadirkan Surga ke Rumahmu Karya Al Husain Mustafa ar-Rais

Ada tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allah di hari ketika tidak ada naungan lain selain naungan-Nya;
Pertama : Pemimpin yang adil
Kedua : Seorang pemuda yang tumbuh dengan beribadah kepada Allah
Ketiga : seorang laki-laki yang hatinya terikat kepada masjid.
Keempat : Dua orang yang saling mencintai, berkumpul dan berpisah karena Allah.
Kelima : seorang laki-laki yang dirayu seorang perempuan cantik dan memiliki derajat dan kekayaan, namun dia mengatakan 'saya takut pada Allah'
Keenam : Seseorang yang bersedekah dan menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya
ketujuh : Seseorang yang ingat kepada Allah di saat sedang sepi hingga kedua matanya berlinang air mata.
(Al Hadist)
Dari hadist ini kemudian dijabarkan secara manis oleh Bung Mustafa menjadi buku yang layak untuk dibaca terutama oleh yang sedang akan mengarungi membangun bahtera rumah tangga juga yang telah melaksanakannya atau pun juga yang ingin menghadirkan suasana surga di keluarganya.

Buku dengan halaman 342 terbitan Garailmu Yogyakarta ini telah berada di rak Rumah Buku Langit Timur atas sumbangan Ibu Sulistyawati kepala SD Negeri Tamanagung 3 Muntilan dan SD Negeri Sedayu 2-3 Muntilan atau kalian bisa mendapatkan di toko buku terdekat..
Semoga selaras dengan keinginan membaca buku ini juga setelahnya menjadikan diri kita bisa membangun mindset Baitti Jannati di lingkungan keluarga kita.. amin.

Amina Karya Mohammed Umar

Jangan pernah ketinggalan untuk membaca novel ini, terutama bagi wanita yang selalu tergerak hatinya untuk ikut berjuang memperbaiki dunia. Novel dengan latar belakang kekolotan pemikiran masa lampau menjadikan bahwa upaya pendobrakan ke arah modernisasi kebangkitan kaum wanita perlu cepat dilakukan. Dikisahkan seorang perempuan Nigeria bernama Amina. Status istri keempat dari seorang laki-laki yang sangat kaya dan berkuasa, tetapi justru menjadikan sebuah penjara bagi pemikiran-pemikirannya.
Awal dari diskusi, membaca buku dan melihat berbagai ketimpangan yang ada di sekitar tempat tinggalnya menjadikan ia kemudian memulai untuk mencoba bangkit dari rutinitasnya dan bergerak untuk melihat dunia
Direkomendasikan untuk dibaca, apalagi temanya tidak terlalu rumit dan bahasanya juga enak untuk dikonsumsi.
Novel Amina karya Mohammed Umar, terbitan Insist Press Yogyakarta. 381 Hal.
Sudah ada dikoleksi Rumah Buku Langit Timur atau bisa juga didapatkan di Toko Buku Gramedia Jl. Jendral Sudirman Yogyakarta lantai bawah (parkir sepeda motor) dengan harga Rp. 10.000,00.