“ Dunia ini, tak ada orang yang bisa
dipercayai,” demikian kata Frank, seorang detektif amatiran.
Ia begitu benci hidup, karena orang
tuanya dibunuh di depan matanya sendiri oleh penjahat saat ia berumur 12 tahun.
Frank yang sudah menginjak umur 19 tahun ini, mati – matian mengejar keadilan
demi menangkap penjahat tersebut.
“ Aku tak akan diam saja jika hukum di
negeri ini masih saja seperti ini,” kata Frank.
Berulang kali Frank mencari pelakunya
satu per satu dengan melihat daftar penjahat yang masih buron. Namun usahanya
sia – sia. Tak ada sedikitpun petunjuk yang menunjukkan pelakunya. Frank mulai
putus asa. Belakangan inipun, Frank sedikit demi sedikit mulai melupakan hal
yang menimpanya. Menurutnya, walaupun ia berusaha keras menangkap penjahat itu,
tak akan bisa mengubah semuanya yang sudah terjadi.
Frank yang tak mampu melanjutkan ke
perguruan tinggi ini hanya menjadi detektif yang banyak nganggur. Karena itu,
Frank berencana akan pergi ke Los Angles untuk menenangkan dirinya.
Beberapa hari kemudian.......
“ Yakk! Tiket, sudah. Bekal, sudah.
Emm, handphone, uang... Terus apalagi ya? Ohh, iyaa!! ” Frank berteriak kaget.
Rupanya di sana tampak Frank yang sedang
memeluk foto orang tuanya.
“ Ohh, aku hampir melupakan kalian”
kata Frank yang sedang berkaca – kaca matanya.
Kemudian ia merenungkan sejenak.
“ Janjiku.. Dulu aku mempertaruhkan
jiwa ragaku untuk menangkap pelaku tak berhati itu.. Kenapa sekarang aku begitu
mudah untuk melupakannya? ” gumam Frank.
“ Ahh, sudahlah. Kan hanya beberapa
pekan saja? ” lanjutnya.
Ia pun segera berangkat ke bandara sambil membawa foto itu.
Sampai tepat di depan gerbang bandara, tiba – tiba sekerumpulan preman mengeroyok Frank.
Ia pun segera berangkat ke bandara sambil membawa foto itu.
Sampai tepat di depan gerbang bandara, tiba – tiba sekerumpulan preman mengeroyok Frank.
“ Hey, anak muda! Berikan tas itu !! ” gertak salah satu
preman itu.
“ Ehh, ta... ta.. pi ”
“ Sudah!! Jangan banyak bicara !! ”
Setelah itu, preman – preman tersebut pergi dengan membawa
tas milik Frank. Padahal, semua bekal untuk rekreasinya ke Los Angles ada dalam
tas itu.
“ Hey, bagaimana ini? Mau pulang pun, semua uangku ada dalam
tas itu. Huffh.. ”
Dengan wajah lesu bercampur marah, ia berjalan perlahan
mengikuti jalan yang dilewati para preman itu.
Setelah cukup lama berjalan, ia menemukan tasnya yang dicuri para preman itu tergeletak di trotoar.
Setelah cukup lama berjalan, ia menemukan tasnya yang dicuri para preman itu tergeletak di trotoar.
“ Hey, bukankah tas itu milikku? Kenapa bisa sampai sini? ”
kata Frank heran.
“ Ahh, sudahlah. Dengan ini aku bisa kembali pulang ke rumah...
Yeahh !! ”
Ketika Frank hendak mengecek isi tasnya itu, di sanalah asal
mula tragedi ini bermunculan.
“ Apa iniii ??!!! B.. Bom???!? Waaa... ”
“ Tunggu dulu! Jika bom ini berada dalam tasku, maka.. Yang
menaruh bom ini adalah para preman berandal itu?” analisa Frank, si detektif
amatir.
Setelah polisi dan para tim gegana yang dipanggil Frank itu
datang, mereka segera menjinakkan bom itu juga dan mengevakuasi orang – orang
yang berada di sekitar lokasi tersebut ke tempat yang lebih aman.
“ Hey, Pak Polisi. Benarkah itu bom? ”
“ Iya. Menurut informasi yang kami dapat, bom itu adalah bom
waktu. Oh, ya! Apakah kau yang pertama menyadari adanya bom itu, Anak Muda? ”
tanya Polisi tersebut.
“ Benar, Pak Polisi. Sebenarnya, tas itu milikku, Pak.
Mulanya aku mau ke Los Angles untuk refreshing. Tapi, tiba – tiba segerombolan
preman mengancamku untuk menyerahkan tasku itu kepada mereka. ”
“ Hey, anak muda, sebaiknya anda cepat mengungsi bersama
yang lainnya. Ayo cepat!
Frank juga manusia biasa. Dia juga punya rasa takut. Karena
itu, Frank segera mencari tempat yang aman baginya.
Setelah Frank sampai ke pengungsian, dan menunggu cukup
lama, ia mendengar ledakan yang cukup besar. Ia pikir itu adalah bom yang
berada di tasnya tadi. Iapun mendatangi lokasi tempat tadi.
“ Pak Polisi.. Kok..? ”
“ Tenang saja. Ternyata, bom ini hanya bom kelas teri yang
mudah untuk dijinakkan. Kau kesini pasti karna mendengar ledakan tadi itu kan?”
“ Ya. Kupikir bom ini yang meledak, ternyata.. Ohh ya, Pak.
Bapak mau menyelidikinya bersamaku?” tawar Frank.
“ Dengan senang hati.”
Bersama dengan polisi itu, Frank merasakan atmosfer yang berbeda di sekitar lokasi yang terdengar
suara ledakan tersebut.
“ Pak, bom itu bukan bom biasa. Sebaiknya kita harus
mengurungkan niat kita”
“ Maksudmu? ” tanya Pak Polisi tersebut.
“ Entahlah, tapi sesuatu mengatakan kepadaku agar untuk kita
menjauh.”
“ Huh, baiklah.”
Beruntung sekali Frank dan polisi itu. Sebab, ledakan yang
ia dengar adalah sebuah percobaan yang dilakukan oleh organisasi preman yang Frank
temui di bandara. Tas berisi bom itupun hanya pengalihan perhatian. Sebab,
untuk melakukan percobaan peledakan bom di tengah kota, lebih sulit dari
kelihatannya.
Di saat yang lain.....
“ Bwahahahaha..!!! Akhirnya, setelah lama kita berulang kali
menemukan kebuntuan, kali ini kita berhasil !! Bom berbahan potassium dan
uranium” kata Yusuf, pemimpin organisasi preman itu penuh bangga.
Itu adalah penemuan mengerikan yang mengawali semua tragedi
ini.
“ Hey, Pak Polisi! Kenapa yang mendengar ledakan itu cuma
kita ya? Ledakan sekeras itu seharusnya semua orang bisa mendengarnya.” Kata
Frank heran.
“ Inikan sudah malam. Kalau di sekitar bandara ini, situasi
saat malam hari sepi karena jadwal penerbangan pesawat hanya dilakukan di siang
hari. Para polisi yang lain dan tim gegana tadi juga sudah pulang 1 jam sebelum
kau datang menemuiku.“ jelas pak polisi.
“ Lalu, kenapa Bapak masih ada di sini? “
“ Kau yang mengajakku kan!!”
“ Haha, benar juga ya. Oh ya. Nama Bapak siapa? ”
“ Hassan. Kau Anak Muda?”
“ Namaku Frank. Eh, Pak Hassan. Di dalam tasku berisi bom
tadi, masih adakah barang – barang milikku? Aku nggak bisa pulang nih ke rumah,
semua uangku masih berada di tas itu.”
“ Maaf Frank, tas itu hanya berisikan bom. Mungkin, barang –
barangmu dibawa oleh preman yang kau ceritakan tadi siang.”
“ ..Benar juga. Hufh.. “
“ Jangan sedih, Frank. Kau boleh menginap di rumahku kok..!”
ajak Pak Hassan.
“ Be.. Benarkah Pak? Bolehkah itu?”
“ Iya. Anggap saja rumah sendiri.”
“ Terimakasih banyak Pak.. !! “
Setelah sampai di rumah Pak Hassan, Frankpun berbincang –
bincang cukup lama dengan Pak Hassan. Dan pada akhirnya..
“ Adik Bapak menghilang? ” tanya Frank
“ Iya. Saat itu adik Bapak adalah narapidana kasus
perampokan bank. Dan yang menangkapnya.. adalah Bapak sendiri.” cerita Pak
Hassan terhenti karena ia berusaha menahan air matanya.
“ Tapi..” lanjutnya.
“ Karena mungkin hatinya yang teriris, iapun melarikan diri
dari penjara. Sampai saat ini ia masih buron,”
“ Ohh.. Lalu, siapa nama adik Bapak?” tanya Frank penasaran.
“ Yusuf. Ini nih fotonya! Saat itu ia bersamaku di taman
kota” sambil menunjukkan sebuah foto yang di dalamnya terdapat foto Yusuf.
“ Kapan Bapak mengambil foto ini?”
“ Setahun lalu. Tepat 3 hari sebelum Yusuf ditangkap.”
“ Hmm...”
Di tempat yang lain....
“Waah.. Kita beruntung, ada uang 100.000 dolar! Kerja
bagus!” kata Yusuf kepada anak buahnya.
“Tentu dong Bos!” jawab anak buahnya.
“Tunggu dulu, benda apa yang bulat ini?”
Apa benda itu? Mungkinkah alat pelacak Frank? Nantikan Bukunya ya!! :)
Dikarang oleh : Ichsan Dwi S
: Seto Rahardyanto (SMP Negeri 1 Muntilan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar