Selasa, 15 Mei 2012

Kuantar ke Gerbang - Ramadhan KH

Buku ini berkisah tentang romansa Ir. Soekarno dengan Ibu Inggit. Dikemas apik dengan bahasa yang santun juga bernilai sastra yang tinggi. Maklumlah sang penulis sendiri adalah Ramadhan KH, sastrawan sekaligus penulis biografi terbaik di tanah air ini.
Dikisahkan tokoh Ibu Inggit adalah perempuan yang hebat. Perempuan yang luar biasa karena sifat dan tindakannya, dan aku tidak pernah tahu ini sebelumnya.
Cinta memang begitu misteri, begitupun kehidupan. Kita tidak dapat menerka apa yang terjadi pada kehidupan kita yang akan datang, barangkali itu gambaran kisah cinta Inggit dan Sukarno. Sukarno yang pada waktu itu merupakan menantu dari HOS Tjokroaminoto yang berniat ke Bandung untuk melanjutkan sekolah di THS –ITB sekarang, mungkin tidak akan membayangkan kalo akhirnya dia akan menikahi Inggit sang induk semang, demikian pula Inggit yang telah bersuamikan Sanusi, tentu tidak berpikir untuk “selingkuh” kemudian menikah dengan Sukarno yang usianya terpaut jauh. Tapi begitulah hidup, terkadang kehidupan memberi kita pilihan yang sulit, memberi kejutan-kejutan yang tak pernah kita bayangkan, kadang pilihan yang kita ambil akan menimbulkan reaksi negative dari orang lain yang hanya melihat sesuatu dari sisi luar saja (mungkin begitu juga terhadap Inggit dan Sukarno), tapi hidup harus senantiasa berjalan, dan kita harus berusaha untuk istiqomah sesulit apapun resiko yang akan terjadi. Kekuatan, ketegaran, ketabahan dan cinta Inggit mendampingi Sukarno dalam masa sulit (masa-masa pembuangan dan penjara) telah memberi banyak inspirasi bagi kaum perempuan, Inggit memberikan peran terbaiknya sebagai istri, sebagai pendamping dalam setiap kegiatan politik Soekarno.
Inggit adalah sosok perempuan yang luar biasa, dia bukan hanya sebagai kekasih, tetapi juga sebagai kawan dan ibu dari Sukarno (seperti yang diceritakan dalam buku). Tak banyak perempuan hebat semacam itu, barangkali tanpa Inggit, Sukarno takkan sehebat itu, seperti kata pepatah, laki-laki (suami) yang hebat (berhasil) adalah karena memiliki perempuan yang super (kuat, tegar, sabar), pun demikian ketika Sukarno memutuskan untuk menikah dengan Fatmawati, setelah kurang lebih 19 atau 20 tahun mereka menikah, Inggit memilih untuk bercerai, tidak bersedia untuk di madu, padahal jika saja Inggit mau tetap menjadi istri pertama Sukarno, Inggit memiliki kesempatan untuk menjadi Ibu Negara yang peranannya tentu akan lebih dihargai dan dihormati, bukan menjadi perempuan yang biasa yang “dilupakan”, disitulah aku menemukan Inggit sebagai sosok perempuan yang kuat, perempuan yang mampu berdaulat atas dirinya sendiri, perempuan yang memiliki prinsip dan sikap.

Bagi yang ingin membaca romansa Soekarno dan Ibu Inggit, buku Kuantar ke Gerbang terbitan Bentang Pustaka Yogyakarta (dulu pernah diterbitkan oleh Sinar Harapan) ini sudah ada di rak Rumah Buku Langit Timur atau kalian masih bisa mendapatkannya di toko buku langganan anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar