Buku 9 Matahari ini adalah bercerita tentang keteguhan seorang manusia dalam mengembarakan kehausan akan ilmu.
“Aku memang berhasil lulus kuliah.
Bukan hanya membawa ilmu, tapi juga utang kuliah. Utang atas nama
diriku, bukan orang tuaku. Utang atas nama semua ilmu yang kuserap dari
bangku kuliah dan kepingan pengalamannya. Utang atas pembentukan
karakter diri. Semua itu adalah tanggung jawab pribadi atas sebuah
impian. Semua itu juga adalah harga yang harus aku tukar dengan sebuah
pengalaman duduk di bangku kuliah dan sejuta pengalaman berharga
lainnya. Aku tidak merasa jumlah dan kewajiban itu sebagai beban karena
aku tahu harga itu memang pantas untuk aku jadikan ”investasi” hidupku.”
Temui Matari Anas, mahasiswi yang
terlalu tua dengan teman-teman seangkatannya, namun punya tekad
menakjubkan menjadi sarjana dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan
orang-orang sekitarnya. Meski keluarganya gagal membiayai kuliah karena
terlalu miskin dan secara emosional sedang labil, dia berusaha mandiri,
bertahan dengan energi positif yang luar biasa. Keadaan memaksa dia
utang ke sana-kemari pada banyak orang, teman-teman, sampai ibu pemilik
warung makan di dekat tempat kosnya. Dia belajar pada kehidupan, pada
orang-orang yang bisa dijadikan teladan, pertemanan, kesetiaan, dan
kasih sayang orang-orang yang mencintainya. Meski pada akhirnya kuliah
hingga lulus itu penting, lebih penting lagi ialah integritas, yang
ditempa oleh kehidupan dan kedewasaan dalam memandang masalah.
NOVEL ini pantas direkomendasikan pada
semua mahasiswa baru, kalangan perguruan tinggi, dan orangtua dengan
ekonomi kelas bawah yang punya anak kuliah. Kesulitan dan kepanikan yang
dihadapi Matari begitu terasa, termasuk perasaannya menanggung utang
dan rasa malu, ketar-ketir menghadapi ujian kuliah dan hidup. Mungkin
bagi mahasiswa dan orangtua dari golongan ekonomi kelas mapan, kesulitan
itu sulit dibayangkan dan terlalu melankolis; tapi keberanian Matari
mengambil risiko dan berhati-hati atas pilihan dan mencoba bersikap,
masih mampu membuat orang terkesan oleh karakternya. Bagian yang
memperlihatkan kesukaran hidup, misalnya saat Tari kesulitan dapat uang
untuk bayaran dan penghidupan, menurut saya mengharukan dan emosinya
kena sekali.
Kalimat-kalimat
di bawah ini sangat menggerakkan, memberikan semangat dan inspirasi.
Begitu indah dituliskan dalam novel pembangkit semangat yang berjudul “ 9
Matahari “. Seakan pembaca benar-benar merasakannya. Ada di hal 39-40 :
“
Impianku… oh aku sudah memberikannya nyawa. Aku menghidupkannya dalam
hari-hariku. Ketika membuka mataku saat mengawali hari, aku menyapanya.
Seperti aku menyapa matahari. Ketika beraktivitas, aku biarkan dia
menyelusup ke dalam hatiku, mengintip perasaanku, dan membiarkannya
berteriak bahwa ia menungguku. Aku meletakkannya dalam takhta tertinggi
di pikiranku. Mengalirkan lewat darahku. Membiarkan semua partikel dalam
tubuhku merasakan sensasinya. Aku biarkan tanganku meraba sebentar
seperti apa wujudnya. Merasakan setiap detail keindahannya. Aku biarkan
hasratku berkembang pesat.
Tumbuh…tumbuh menjulang tinngi
Menyentuh langit, mendekati matahari
Impianku
seperti pohon yang menjulang tinggi. Puncaknya menembus awan. Tapi
akarnya menancap tanah. Aku membiarkan impianku itu tertanam jauh dalam
hatiku. Ragaku ada di bumi, tapi kubiarkan jiwaku melesat, bersamanya
jauh… kuikuti ke mana pun ia bermain.
Terbang…terbanglah melayang tinggi…
Seperti layang-layang yang diulur dan menari di atas sana
Kubiarkan dirimu meliuk dilihat semua mata…sampaikan bahwa aku ada ! “
Lalu, yang ini ada di halaman 296 :
“ Tar,
semua orang pasti tahu angka sepuluh adalah angka tertinggi. Tapi buat
gue, sembilan itu angka yang pas buat diri gue melambangkan betapa
bernilai dan berharganya sesuatu itu buat gue. Angka itu berada di atas
rata-rata, tapi masih menyisakan satu ruang untuk terus mencapai
kesempurnaan. Angka 9 masih terus mencari perbaikan diri untuk menjadi
10. Itu yang akan membuatnya terus bergerak, melakukan hal yang lebih
baik dari waktu ke waktu. Dari bentuknya , angka 9 lebih menawan. Kalau
lu perhatiin angka 8 itu membuat dua bulatan yang
tertutup. Sementara angka 9, bagian atasnya membentuk sebuah lingkaran
yang menurut gw itu adalah ruang pribadi bagi setiap orang. Seperti
sebuah tempat untuk menyimpan keyakinan yang tidak akan terganggu.
Sementara buntut di bawahnya adalah ruang terbuka, tempat orang itu bisa
terus mengasah dirinya untuk menerima wawasan dan pengetahuan baru,
serta akhirnya membuat dirinya terus menerus termotivasi untuk bisa
lebih baik lagi. Dan, sembilan itu adalah nilai buat seorang yang terus
membawa impiannya dengan semangat matahari, sembilan itu nilai buat
seorang matari. “
Ya,
itu merupakan dua kutipan yang ada dalam novel luar biasa ini. Membaca novel ini, banyak sekali hikmah yang dapat kita petik. Salah
satunya adalah tentang proses manusia menuju kesempurnaannya yang
dilambangkan dengan angka 9. Sungguh memberdayakan diri saya , saat
membaca kalimat-kalimat itu. Semoga semangat yang ada dalam
kalimat-kalimat itu dapat menjalar dalam diri saya, juga kepada para
pembaca novel ini.
Selamat membaca..
beberapa petikan dari novel tersebut mempunyai impresi tersendiri buat saya.
BalasHapusbahwasanya,hidup berkehidupan harus mempunyai filosofi.