Aku mau terus hidup karena aku sedang mencinta. Aku belum mau mati. Bagiku hidup ini begitu besar. Tapi tak berarti aku kecil. Aku dan hidup sama besar. Dan kami bersahabat. Mungkin hanya maut yang bisa memutus persahabatan kami. Suatu saat. Tidak sekarang. Tidak, sebelum aku melakukan sesuatu yang membuat orang lain bahagia.Aku mau hidup karena aku sedang mencinta.
Aku mencintai seseorang yang selalu takut pada maut. Entah mengapa aku mencintai dia. (Aku mencintainya karena dia adalah dia. Itu saja.) Ia adalah orang yang selalu dibayang-bayangi kematian. Setiap detik dia merasa ajalnya hampir tiba. Ia merasa Sang Maut tak pernah berhenti mengintainya. Baginya maut tak ubahnya hantu yang gentayangan. Membuatnya sering merinding. Kulitnya terasa kasar ketika kurabai, tak lain karena bulu-bulunya berdiri. Ketakutannya terhadap maut seakan menelusup ke otaknya, pada setiap napas yang ia hirup, pada setiap langkah yang ia ayun.
Aku mencintai dia. Aku percaya, cinta mampu mengatasi segalanya.
Inilah novel Soulmate, karya Stefani Hid, dimana dalam cerita ada perjalanan cinta antara Latt yang lahir di Mandalay, Myanmar dan Marla. Kisah cinta inilah yang membuat mereka semangat untuk hidup, menyatu walau pada akhirnya ironi, karena dari sebuah pengkhianatan atau lebih tepatnya petakan sejarah, menjadikan kematian sebagai akhir dari sebuah cerita yang dirangkai begitu lugas namun tak meninggalkan estetika.
Sebagaimana telah kuceritakan, peristiwa demi peristiwa seakan mengalir seperti sampah yang hanyut terbawa arus sungai. Kebiasaan setiap orang untuk melihat masa lalu juga ada padaku, meskipun kutahu kita tak akan bisa kembali.
Selamat membaca..!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar