Kamis, 31 Mei 2012

Spirit Al Qur'an Karya Amr Khalid

Spirit Al Qur'an, Kunci-kunci Menuju Kebahagiaan Sejati

Allah telah jelas menurunkan ayat-ayat Al Qur'an sebagai petunjuk bagi hamba-Nya untuk memasuki jalan-jalan kebenaran. Kedudukan ini sangat jelas bagi mereka yang mendambakan kehidupan yang seimbang dunia dan akhirat dalam keselamatan. 
Kesadaran ini sebetulnya telah terjumbuhkan sejak kita masih kecil, akan tetapi fenomena menjadi lain ketika di tengah budaya yang hingar bingar menghimpit rasa ini dijadikan acuan dari pada upaya pencarian kita dalam mencari kesejatian.
Orang sekarang cenderung untuk malas merenungi kebajikan yang terkandung di dalam Al Qur'an, hanya karena Al Qur'an dianggap sebagai bacaan yang kurang memenuhi selera jaman. Itulah yang membuat hati kita lantas tersesat, mencari fatamorgana, dan hanya berujung pada kebahagiaan yang sementara.
Sementara sebagian orang yang dulu pernah merasa tersesat (juga yang takut akan tersesat) mencoba kembali menghadirkan kandungan Al Qur'an untuk menemani spirit dalam melanjutkan kehidupan ini.
Buku Spirit Al-Qur'an ini berisikan tentang berapa intisari kandungan ayat yang termaktub dalam beberapa surat seperti Al Fatihah, Al Baqarah, Ali 'Imran, An Nisa', Al Maidah, Al An'am, Al A'raf, Al Anfal, At Taubah, Yunus, Hud, Yusuf, Al Ra'd, Ibrahim, Al Hijr, An Nahl, Al Isra', Al Kahfi, Maryam, Thaha, Al Anbiya', Al Hajj, Al Mu'minun, An Nur, Al Furqan, As-syura, An Naml, Al Qashash, Al Ankabut, Arrum, Luqman, As Sajdah, Al Ahzab, Saba', Fathir, Yaasin, As Shaffat, dan Shad.
Amr Khalid menuliskannya dengan cukup ringkas, dan kita membacanya tidak harus mulai dari halaman pertama, tetapi bisa kita pilih sesuai dengan yang kita inginkan. Apalagi bahasa yang dituliskannya sangat mudah untuk dipahami. 
Buku yang disumbang oleh Eravianto Relcki Nursamsi untuk pembaca Rumah Buku Langit Timur ini sangat tepat untuk mengetuk pintu hati guna menghadirkan Al Qur'an di ruang kita. Semoga hal ini bisa membawa manfaat yang besar bagi lompatan spiritual kita hingga kita dapat menjemput kasih-Nya dalam kedamaian yang kekal.
Terima kasih Rumah Buku Langit Timur sampaikan juga kepada Eravianto Relcki Nursamsi dan Diatri Satya Pratiwi, semoga Allah selalu menghantarkan tiap huruf yang kita kaji dijelmakan menjadi rahmat yang tiada terkira. Amin.

Rabu, 30 Mei 2012

Totto-Chan Karya Tetsuko Kuroyanagi

Ibu guru menganggap Totto-chan adalah anak yang nakal dan susah diatur, padahal sebetulnya gadis kecil itu hanya punya rasa ingin tahu yang tinggi. Itulah sebabnya ketika pelajaran berlangsung Totto-chan selalu berdiri dan memandang keluar dari jendela kelasnya. Karena para guru sudah tidak tahan lagi, akhirnya Totto-chan dikeluarkan dari sekolahnya.
Mamanya pun kemudian mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen. Melihat fisik sekolah tersebut Totto-chan langsung tertarik. Bagaimana tidak??
Di sekolah itu para murid belajardi gerbong kereta yang dijadikan kelas. Belajar dengan melakukan perjalanan, hingga Totto-chan merasa senang karena bisa melihat pemandangan perjalanan yang dilaluinya dari jendela kelas/gerbongnya. Mengasyikkan sekali..
Bukan hanya itu di Tomoe Gakuen, para murid juga boleh mengikuti pelajaran dengan urutan yang mereka inginkan. Ada yang memulai hari dengan belajar matematika, ada yang memilih dulu pelajaran fisika, ada yang ingin belajar bahasa dulu, bahkan ada yang memilih terlebih dulu dengan pelajaran menggambar. Pokoknya sesuka mereka. Karena sekolah ini unik maka Totto-chan sangat kerasan tinggal dan belajar di sekolah itu.
Selain itu di sekolah tersebut Totto-chan mendapatkan pelajaran yang berharga berupa persahabatan, rasa hormat dan menghargai orang lain, serta kebebasan menjadi dirinya sendiri.
Buku terbitan Gramedia ini berbentuk novel dengan bahasa yang sangat mudah untuk diikuti. 
Dari buku ini kita dapat belajar bahwa pola pendidikan dewasa ini bukanlah kecenderungan untuk menciptakan robot bagi anak didik, tapi bagaimana upaya kita semua untuk lebih memperlakukan mereka dengan selalu mendengar apa yang mereka inginkan, harapkan dan cita-citakan.
Itu yang sekarang sudah mulai langka di lingkungan lembaga pendidikan kita, apalagi banyak tenaga pendidik sekarang yang lebih mendahulukan untuk mengejar angka kredit dari pada pembebasan anak didik untuk mengekspresikan dirinya.
Buku ini juga perlu dibaca oleh para orangtua, agar tidak terjadi persinggungan yang melentik percikan emosi, padahal kita belum mendengarkan apa yang diinginkan anak-anak kita.
Buku ini tersedia di Rumah Buku Langit Timur dan akan sangat senang sekali bila bisa dibaca oleh banyak peminat buku hingga tertranfer bentuk komunikasi ideal antara kita dengan anak-anak kita.
Selamat membaca..

Selasa, 29 Mei 2012

Kiai Hamam Dja'far dan Pondok Pabelan Penyunting Ajip Rosidi

Buku ini berkisah sepak terjang Kiai Hamam Dja'far (akrab dipanggil Mbah Hamam) di era tahun 1960-an sampai tahun 1990-an. Dimana ketika itu beliau berperan sebagai pemimpin Pondok Pesantren Pabelan Magelang, dan pada kenyataannya Pondok Pabelan sangat dikenal luas oleh masyarakat se Indonesia bahkan sampai luar negeri.
Buku ini adalah himpunan dari kesaksian beberapa (mantan) santri Pondok yang mayoritas sekarang mempunyai kedudukan penting di tengah perkembangan kemajuan pemikiran Islam di Indonesia dan juga beberapa kerabat, saudara dan sahabat beliau. Seperti Pak Komarudin Hidayat, Emha Ainun Nadjib, Ahmad Syafi'i Ma'arif, George Junus Aditjondro, dll. 
Dikemas dalam bahasa yang sangat santun dan apik, sehingga tidak menggerus kewibawaan Mbah Hamam sebagai tokoh yang sangat kharismatis pada saat itu. 
Bagaimana banyak dikenang Mbah Hamam yang membangun pondok Pabelan sebagai pondok yang multikultural, artinya Pondok Pabelan yang sering menyediakan ruang dialog yang bebas resiko bagi masalah perbedaan agama, aliran, juga etnis serta dalam mengekspresikan budaya. Pondok Pabelan juga dikenang sebagai tempat sentral bagi ruang diskusi yang membahas pula tentang pendidikan, kemasyarakatan untuk kemaslahatan.
Banyak dikisahkan juga cerita-cerita yang menarik, lucu dan mengejutkan dari pengalaman para penulis ketika nyantri di Pondok Pabelan. Suatu kenangan tersendiri yang bisa memberikan gambaran tentang Pondok Pabelan pada masa lalunya.
Buku ini diterbitkan untuk menyambut ulang tahun Mbah Hamam ke 70 (kalau masih hidup) dan menyambut ke 43 tahun berdirinya Pondok Pabelan yang didirikannya. (buku ini terbit tahun 2008). Diterbitkan dan disunting oleh sastrawan kawakan Bapak Ajip Rosidi, yang kebetulan juga tinggal di sekitar Pondok Pabelan Magelang. Diterbitkannya buku ini tiada maksud lain adalah agar jejak jasa dari Kiai Haji Hamam Dja'far yang fenomenal tidak lekang oleh waktu yang demikian banyak menyodorkan tokoh-tokoh yang terkadang kurang dapat diteladani.
Semoga Allah membalas jasa beliau sebagai upaya mendirikan tentang kebajikan hidup.
Buku Kiai Hamam Dja'far sudah tersedia di Rumah Buku Langit Timur, atas sumbangan dari Bp. KH. Ahmad Najib Amin (putra pertama Mbah Hamam). Semoga buku ini dapat menghantarkan pembaca bisa mendapatkan sosok yang jelas tentang sepakterjang Mbah Hamam dan dapat memberikan inspirasi untuk berbuat baik terhadap kehidupan pembaca sendiri.
Selamat membaca..

Minggu, 27 Mei 2012

Aku, Anak Matahari Karya Gola Gong

Aku menulis ini dengan cinta
Seseorang datang kepadaku memberi inspirasi
Diolahnya batang pohon menjadi perahu
Disuruhnya aku mengarungi samudra
Dimana peperangan berkecamuk
Disuruhnya aku memilih
: pecundang atau pemenang
Kini medan perang ada di mana-mana
Seseorang yang memberiku inspirasi telah pergi
Warisannya bukan senjata dan topi perang
Tapi kekerasan hati dan pikiran

Inilah puisi pembuka dari buku bersampul keren, Aku Anak Matahari. 
Memang secara pribadi seorang Gola Gong ketika menulis selalu berupaya untuk memberi inspirasi kepada para pembacanya. Inilah yang dinamakan menulis dengan hati dan cinta.
Berbilang beberapa kali bertemu dan berkomunikasi dengan Gola Gong, semakin pula melekatkan  hati, bahwa Gola Gong adalah seorang manusia pembelajar yang ramah dan rendah hati, belajar kepada orang-orang tanpa mengenal strata, belajar dengan alam dan belajar dengan banyak buku-buku cerita semasa kanak-kanaknya.
Gola Gong besar ditempa oleh kepekaan dalam membaca kesemuanya.
Buku Aku, Anak Matahari adalah buku yang berisi tentang pengalamannya semasa kanak-kanak, sampai remaja, dimana ia bersanding dengan keluarganya secara harmoni dalam membangun dirinya. Adanya kekurangan dalam fisiknya, yakni tangan kirinya diamputasi akibat jatuh ketika memanjat pohon tetapi terlambat dalam penanganan pengobatannya. Tapi dari kekurangan fisiknya, ayah dan ibunya begitu berperan bahwa bagaimanapun keadaannya, semangat untuk tidak menjadi pecundang harus tetap dikobarkan. Tak boleh menyerah akan keadaannya.
Berangkat dari sinilah maka Gola Gong kecil akrab dengan prestasi-prestasi seperti bulu tangkis, dan menulis. Bahkan saat sekarang telah memiliki pondok kecil untuk pemberdayaan masyarakat bernama Rumah Dunia di daerah Serang Banten.
Buku ini sangat perlu dan bahkan wajib untuk dibaca oleh anak muda yang saat ini mayoritas semangat juangnya telah tergerus oleh hal-hal yang instant dan membuat cengeng agar kembali untuk melangkah melanjutkan hidup dengan langkah-langkah yang kokoh. Juga bagi para penyandang cacat, bahwa bagaimanapun kekurangan sebaiknya tak menghalangi untuk maju.
Penting pula bagi para orang tua, baik yang dikaruniai anak yang kekurangan fisik ataupun yang sempurna, tetapi pada hakekatnya bahwa kemandirian untuk tidak tergantung pada orang lain adalah point terpenting dalam belajar dari buku ini,
Selamat membaca. Buku ini telah tersedia di Rumah Buku Langit Timur untuk ditelan sebagai penguat kita untuk mensikapi jaman.

Jumat, 25 Mei 2012

Catatan Bunda Neno Warisman Matahari Odi Bersinar karena Maghfi karya Neno Warisman

Buku Catatan Bunda Neno Warisman adalah sebuah tulisan refleksi kasih sayang yang tulus dan amat mendalam dari seorang Neno Warisman tentang keajaiban-keajaiban jiwa yang ia alami ketika mengasuh ketiga putranya, yakni Maghira Izzani Maulania, Raudyatuzzahra dan Ghiffari. Dari sini dapat ditemui tentang banyak kiat sederhana tetapi sekaligus bisa menjadi perenungan dari diri Bunda Neno tentang kebandelan cerminan dari kepolosan anak yang bisa membuahkan hakikat  agar kita dalam mengasuh hingga mengantarkan anak-anaknya menjadi manusia yang sholeh, cerdas, aktif sekaligus tetap membahagiakan.
Disini kita juga dapat mengambil kesimpulan bahwa keberhasilan pendidikan anak itu tergantung dari bagaimana cara kita mengemas komunikasi yang dilakukan dengan suasana yang nyaman bagi anak-anak. Komunikasi juga bisa dikemas dengan contoh perilaku kita sebagai orangtua agar bila ditiru anak bisa membanggakan, juga keteladanan.
Neno Warisman benar-benar membiarkan karakter anak-anaknya yang berlainan hingga dapat mengetahui benar bagaimana anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, mengenalkan untuk mencintai Allah beserta Rasul-Nya dan berusaha menanamkan rasa percaya diri agar ketika mereka melangkah keluar tidak menjadi anak yang gagap segalanya.
Beruntungnya kita mempunyai seorang Neno Warisman yang telah mewariskan bagaimana cara kita mengasihi dan menyayangi anak dengan cara yang benar.. 
Buku ini sangat layak untuk dibaca bagi ibu-ibu yang ingin menumpahkan kasih sayangnya kepada putra-putrinya dengan cara yang benar.
Rumah Buku Langit Timur telah memiliki buku ini dan siap untuk dipinjamkan kepada para pembaca.
Selamat membaca. Semoga bermanfaat dalam mengukir kesholehan anak-anak kita semua. Amin.

Kamis, 24 Mei 2012

Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu Karya Michiyo Inoue

"Ibu, apa-apaan sih, kok langsung ditutup telepon begitu. Bilang kek, 'Selamat malam', begitu omel Miyuki saat mendengar caraku yang tidak sopan dalam bertelepon.
Apa yang selama ini didapatnya dari orangtua, sekarang kalau orangtuanya salah, kata-kata yang pernah kuucapkan akan dikembalikan. Akupun menyesali caraku bertelepon tadi. Perasaan antara kesal karena ditegur oleh anak sendiri sekaligus geli dalam hati. Anakku memang sudah dewasa, sudah mampu menilai perilaku seseorang walaupun itu ibunya sendiri artinya dia sudah mampu menanggapi dunia sekitarnya.
Dari pendampinganku sejak dia lahir hingga sekarang ini, kadang aku merasa anakku akan menjadi orang yang melebihi orangtuanya. Jika saat itu terjadi, aku sungguh-sungguh akan bangga menjadi ibunya. Sungguh aneh memang hubungan orangtua dengan anak. Aku menatap Miyuki dengan perasaan campur aduk.
Itu adalah bagian dari tulisan prolog dari buku Hiduplah Anakku Ibu Mendampingimu. Dikisahkan Michiyo melahirkan seorang bayi dengan berat 500 gram dan sebagai bayi super prematur dia harus dimasukkan ke dalam inkubator. Karena terlalu banyak oksigen yang dihirup di dalam inkubator, akhirnya Miyuki terkena Retinophaty of Prematurity sehingga Miyuki dalam keadaan buta. Michiyo membesarkan dan mengasuhnya seorang diri. 
Dari memoar perasaan Michiyo maka lahirlah buku yang sangat menyentuh rasa ini. 
Ada kalimat yang sangat indah seperti "Anakku mengajarkan bahwa kelembutan dan cinta akan membuka kemampuan seseorang untuk bertahan walaupun tidak sempurna. Miyuki, terima kasih kau mau lahir dari rahim ibu.."
Buku ini sangat layak untuk dijadikan referensi agar kita bisa lebih sabar dengan kebandelan anak-anak kita dan bersyukur bahwa ternyata nasib anak kita jauh lebih beruntung dalam hal fisik dibandingkan dengan banyak anak yang kurang beruntung..
Buku terbitan Elex Media Komputindo ini sudah berada di rak Rumah Buku Langit Timur. Selamat Membaca dan salam buku..!!

Rabu, 23 Mei 2012

Tuhan Tidak Perlu Dibela Karya Abdurrahman Wahid

Memahami Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tidak cukup hanya dengan melihat sepak terjang dan manuver politiknya yang kontroversial saat-saat terakhir ini. Akan tetapi, perlu juga melihat jejak-jejaknya di masa lampau yang sangat brilian yang pernah digoreskannya. Meski demikian buku ini bukanlah dimaksudkan untuk menjelaskan pribadi Gus Dur secara utuh, melainkan hanya sebuah upaya menghadirkan Gus Dur dari sisi yang lain.
Tulisan-tulisan yang terkumpul dalam buku ini diambil dari kolom-kolom Gus Dur di majalah Tempo dasawarsa 1970-an dan 1980-an. Buku ini mengajak kita untuk memikirkan kembali persoalan-persoalan kenegaraan, kebudayaan, dan keislaman kita. Dalam kaitannya dengan agama, buku ini mempersoalkan fenomena agama dan kekerasan politik yang akhir-akhir ini banyak muncul di permukaan.
Agama dan kekerasan politik menjadi perhatian utama Gus Dur karena sering menimbulkan tafsiran yang bermacam-macam. Menurut Gus Dur, kekerasan politik merupakan akibat dari perilaku kaum fundamentalis agama yang berakar pada fanatisme yang sempit. Hal ini tergambar pada tindak kekerasan yang mengatsnamakan agama yang sering terjadi.
Kekerasan politik bukan merupakan akibat dari perilaku keagamaan karena agama tidak penah mengajarkan kekerasan. Penyalahgunaan agama sebagai alat politiklah yang menyebabkan terjadinya kekerasan. Bahwa ada hubungan antara agama dan politik meskipun harus diakui bahwa hubungan itu bisa berkait dengan banyak hal _ tidak lalu menyebabkan perbenturan kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.
Di samping tema agama dan kekerasan, dalam buku ini juga dimuat tulisan-tulisan Gus Dur yang berbicara tentang kebudayaan lokal yang memiliki arti penting bagi pluralisme sebagai prasyarat terbentuknya civil society.
Buku ini terdiri atas tiga bagian. 
Bagian pertama bertema "Refleksi Kritis Pemikiran Islam."
Bagian kedua bertema "Intensitas Kebangsaan dan Kebudayaan"
Bagian ketiga bertema "Demokrasi, Ideologi dan Politik".
Disinilah Gus Dur menggambarkan bagaimana paraadoks-paradoks yang terjadi di sekitar pemikiran Islam, perdebatan politik, sosial keagamaan, dan ideologi antar kelompok dalam konteks kebangsaan Indonesia.
Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam upaya mengembangkan nilai-nilai demokrasi, toleransi dan pluralisme di Indonesia.
(dikutip dari tulisan "Dari Redaksi" halaman v dan vi dalam buku ini)
Buku terbitan LKiS Yogyakarta ini sudah tersedia di rak Rumah Buku Langit Timur.
Selamat membaca!