Selasa, 22 Mei 2012

Hamba Sebut Paduka Ramadewa Karya Herman Pratikto

Yawat sthasyanti girayah saritas qa mahitele tawat
Ramayanakatha lokequ pragarisyati
Selama bukit berdiri tegak dan sungai mengalir ria maka
kisah Ramayana tiada kan sirna
(Dewa Brahma kepada Walmiki)

Kisah Ramayana memiliki tempat khusus dalam sejarah sastra India, negara asalnya. Kisah dengan berbagai intrik sifat manusia yang diwujudkan dalam dunia pewayangan berpengaruh juga menjadi sebuah akar kebudayaan di Birma, Thailand, Kamboja dan Indonesia.
Di Indonesia kemudian diberi petuah-petuah bijak lokal yang sesuai dengan kebudayaan di Indonesia pada khususnya Jawa. Dari ketiadaan benturan budaya ini menjadikan seolah cerita Ramayana (dan juga Mahabarata) seolah adalah budaya asli dari Jawa.
Herman Pratikto sebagai seorang penulis sejarah dan juga sastra tak ketinggalan mencoba mengembangkan kisah Ramayana dalam versi Indonesia. Dimulai dari kelahiran Ramaparasu, kisah Rahwana dan Destarata sampai pada puncaknya adalah penculikan Shinta. Dan pada akhir kisah diceritakan tentang bukti kesucian Sinta terhadap keraguan Rama pasca penculikan. 
Satu hal pula yang dijadikan tokoh pelengkap tapi sangat penting adalah kisah penghadangan Jatayu yang mengakibatkan pertempuran dengan Rahwana hingga Jatayu kemudian  gugur dan juga pembakaran Alengka oleh Hanoman.
Diceritakan dengan terstruktur dan rapi, menunjukkan bahwa Herman Pratikto (wafat pada tanggal 13 Februari 1987) semasa hidupnya dalam membuat karya memang sangat teliti dan penuh inormasi petuah yang menjadikan kita lebih dewasa.
Herman Pratikto semasa hidupnya telah mebuahkan karya monumental seperti Bende Mataram, Dari Westerling sampai Kartosuwiryo dan Nikolas II.
Buku Hamba Sebut Paduka Ramadewa adalah salah satu karya yang monumental juga. Karya ini sangat layak untuk dibaca guna menggali kebijakan-kebijakan timur yang sudah mulai redup di tengah arus globalisasi yang mengandalkan pop dan budaya instant ini.
Selamat membaca, bagi yang berminat bisa meminjam di rak Rumah Buku Langit Timur atau membeli di toko buku langganan pembaca,

Senin, 21 Mei 2012

Frank Si Detektif (Cuplik)


“ Dunia ini, tak ada orang yang bisa dipercayai,” demikian kata Frank, seorang detektif amatiran.
Ia begitu benci hidup, karena orang tuanya dibunuh di depan matanya sendiri oleh penjahat saat ia berumur 12 tahun. Frank yang sudah menginjak umur 19 tahun ini, mati – matian mengejar keadilan demi menangkap penjahat tersebut.
“ Aku tak akan diam saja jika hukum di negeri ini masih saja seperti ini,” kata Frank.
Berulang kali Frank mencari pelakunya satu per satu dengan melihat daftar penjahat yang masih buron. Namun usahanya sia – sia. Tak ada sedikitpun petunjuk yang menunjukkan pelakunya. Frank mulai putus asa. Belakangan inipun, Frank sedikit demi sedikit mulai melupakan hal yang menimpanya. Menurutnya, walaupun ia berusaha keras menangkap penjahat itu, tak akan bisa mengubah semuanya yang sudah terjadi.
Frank yang tak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi ini hanya menjadi detektif yang banyak nganggur. Karena itu, Frank berencana akan pergi ke Los Angles untuk menenangkan dirinya.           
Beberapa hari kemudian.......

“ Yakk! Tiket, sudah. Bekal, sudah. Emm, handphone, uang... Terus apalagi ya? Ohh, iyaa!! ” Frank berteriak kaget.
Rupanya di sana tampak Frank yang sedang memeluk foto orang tuanya.
“ Ohh, aku hampir melupakan kalian” kata Frank yang sedang berkaca – kaca matanya.
Kemudian ia merenungkan sejenak.
“ Janjiku.. Dulu aku mempertaruhkan jiwa ragaku untuk menangkap pelaku tak berhati itu.. Kenapa sekarang aku begitu mudah untuk melupakannya? ” gumam Frank.
“ Ahh, sudahlah. Kan hanya beberapa pekan saja? ” lanjutnya.
Ia pun segera berangkat ke bandara sambil membawa foto itu.
Sampai tepat di depan gerbang bandara, tiba – tiba sekerumpulan preman mengeroyok Frank.
“ Hey, anak muda! Berikan tas itu !! ” gertak salah satu preman itu.
“ Ehh, ta... ta.. pi ”
“ Sudah!! Jangan banyak bicara !! ”
Setelah itu, preman – preman tersebut pergi dengan membawa tas milik Frank. Padahal, semua bekal untuk rekreasinya ke Los Angles ada dalam tas itu.
“ Hey, bagaimana ini? Mau pulang pun, semua uangku ada dalam tas itu. Huffh.. ”
Dengan wajah lesu bercampur marah, ia berjalan perlahan mengikuti jalan yang dilewati para preman itu.
Setelah cukup lama berjalan, ia menemukan tasnya yang dicuri para preman itu tergeletak di trotoar.
“ Hey, bukankah tas itu milikku? Kenapa bisa sampai sini? ” kata Frank heran.
“ Ahh, sudahlah. Dengan ini aku bisa kembali pulang ke rumah... Yeahh !! ”
Ketika Frank hendak mengecek isi tasnya itu, di sanalah asal mula tragedi ini bermunculan.
“ Apa iniii ??!!! B.. Bom???!? Waaa... ”
“ Tunggu dulu! Jika bom ini berada dalam tasku, maka.. Yang menaruh bom ini adalah para preman berandal itu?” analisa Frank, si detektif amatir.
Setelah polisi dan para tim gegana yang dipanggil Frank itu datang, mereka segera menjinakkan bom itu juga dan mengevakuasi orang – orang yang berada di sekitar lokasi tersebut ke tempat yang lebih aman.
“ Hey, Pak Polisi. Benarkah itu bom? ”
“ Iya. Menurut informasi yang kami dapat, bom itu adalah bom waktu. Oh, ya! Apakah kau yang pertama menyadari adanya bom itu, Anak Muda? ” tanya Polisi tersebut.
“ Benar, Pak Polisi. Sebenarnya, tas itu milikku, Pak. Mulanya aku mau ke Los Angles untuk refreshing. Tapi, tiba – tiba segerombolan preman mengancamku untuk menyerahkan tasku itu kepada mereka. ”
“ Hey, anak muda, sebaiknya anda cepat mengungsi bersama yang lainnya. Ayo cepat!
Frank juga manusia biasa. Dia juga punya rasa takut. Karena itu, Frank segera mencari tempat yang aman baginya.
Setelah Frank sampai ke pengungsian, dan menunggu cukup lama, ia mendengar ledakan yang cukup besar. Ia pikir itu adalah bom yang berada di tasnya tadi. Iapun mendatangi lokasi tempat tadi.
“ Pak Polisi.. Kok..? ”
“ Tenang saja. Ternyata, bom ini hanya bom kelas teri yang mudah untuk dijinakkan. Kau kesini pasti karna mendengar ledakan tadi itu kan?”
“ Ya. Kupikir bom ini yang meledak, ternyata.. Ohh ya, Pak. Bapak mau menyelidikinya bersamaku?” tawar Frank.
“ Dengan senang hati.”
Bersama dengan polisi itu, Frank merasakan atmosfer yang berbeda di sekitar lokasi yang terdengar suara ledakan tersebut.
“ Pak, bom itu bukan bom biasa. Sebaiknya kita harus mengurungkan niat kita”
“ Maksudmu? ” tanya Pak Polisi tersebut.
“ Entahlah, tapi sesuatu mengatakan kepadaku agar untuk kita menjauh.”
“ Huh, baiklah.”
Beruntung sekali Frank dan polisi itu. Sebab, ledakan yang ia dengar adalah sebuah percobaan yang dilakukan oleh organisasi preman yang Frank temui di bandara. Tas berisi bom itupun hanya pengalihan perhatian. Sebab, untuk melakukan percobaan peledakan bom di tengah kota, lebih sulit dari kelihatannya.
Di saat yang lain.....
“ Bwahahahaha..!!! Akhirnya, setelah lama kita berulang kali menemukan kebuntuan, kali ini kita berhasil !! Bom berbahan potassium dan uranium” kata Yusuf, pemimpin organisasi preman itu penuh bangga.
Itu adalah penemuan mengerikan yang mengawali semua tragedi ini.
“ Hey, Pak Polisi! Kenapa yang mendengar ledakan itu cuma kita ya? Ledakan sekeras itu seharusnya semua orang bisa mendengarnya.” Kata Frank heran.
“ Inikan sudah malam. Kalau di sekitar bandara ini, situasi saat malam hari sepi karena jadwal penerbangan pesawat hanya dilakukan di siang hari. Para polisi yang lain dan tim gegana tadi juga sudah pulang 1 jam sebelum kau datang menemuiku.“ jelas pak polisi.
“ Lalu, kenapa Bapak masih ada di sini? “
“ Kau yang mengajakku kan!!”
“ Haha, benar juga ya. Oh ya. Nama Bapak siapa? ”
“ Hassan. Kau Anak Muda?”
“ Namaku Frank. Eh, Pak Hassan. Di dalam tasku berisi bom tadi, masih adakah barang – barang milikku? Aku nggak bisa pulang nih ke rumah, semua uangku masih berada di tas itu.”
“ Maaf Frank, tas itu hanya berisikan bom. Mungkin, barang – barangmu dibawa oleh preman yang kau ceritakan tadi siang.”
“ ..Benar juga. Hufh.. “
“ Jangan sedih, Frank. Kau boleh menginap di rumahku kok..!” ajak Pak Hassan.
“ Be.. Benarkah Pak? Bolehkah itu?”
“ Iya. Anggap saja rumah sendiri.”
“ Terimakasih banyak Pak.. !! “
Setelah sampai di rumah Pak Hassan, Frankpun berbincang – bincang cukup lama dengan Pak Hassan. Dan pada akhirnya..
“ Adik Bapak menghilang? ” tanya Frank
“ Iya. Saat itu adik Bapak adalah narapidana kasus perampokan bank. Dan yang menangkapnya.. adalah Bapak sendiri.” cerita Pak Hassan terhenti karena ia berusaha menahan air matanya.
“ Tapi..” lanjutnya.
“ Karena mungkin hatinya yang teriris, iapun melarikan diri dari penjara. Sampai saat ini ia masih buron,”
“ Ohh.. Lalu, siapa nama adik Bapak?” tanya Frank penasaran.
“ Yusuf. Ini nih fotonya! Saat itu ia bersamaku di taman kota” sambil menunjukkan sebuah foto yang di dalamnya terdapat foto Yusuf.
“ Kapan Bapak mengambil foto ini?”
“ Setahun lalu. Tepat 3 hari sebelum Yusuf ditangkap.”
“ Hmm...”
Di tempat yang lain....
“Waah.. Kita beruntung, ada uang 100.000 dolar! Kerja bagus!” kata Yusuf kepada anak buahnya.
“Tentu dong Bos!” jawab anak buahnya.
“Tunggu dulu, benda apa yang bulat ini?” 
Apa benda itu? Mungkinkah alat pelacak Frank? Nantikan Bukunya ya!! :)

Dikarang oleh : Ichsan Dwi S
                            : Seto Rahardyanto (SMP Negeri 1 Muntilan)

Minggu, 20 Mei 2012

Matilda karya Roald Dahl

Ini adalah novel anak. Diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama bulan September 1991. Novel ini sangat bagus terutama untuk menambah minat baca anak-anak. Berbagai bacaan referensi buku-buku  anak-anak bermutu ditampilkan di dalam buku ini, ini tentunya jika anak kita kritis membacanya, lantas akan berburu buku-buku yang pernah dibaca oleh sang tokoh Matilda seperti :
      - Kisah Dua Kota karangan Charles Dickens
      - Oliver Twist karangan Charles Dickens
      - Jane Eyre karangan Charlotte Bronte
      - Kesombongan dan Prasangka karangan Jane Austen
      - Mesin Waktu karangan HG. Wells
      - Laki-laki Tua dan Laut karangan Ernest Hemingway
      - Peternakan Binatang karangan George Orwell, dll.
Memang disini tokoh Matilda diceritakan anak perempuan berumur empat tahun tiga bulan yang sudah pintar membaca dan sudah bisa menceritakan kembali buku apa yang dibacanya. Tiap saat memanfaatkan waktunya untuk membaca buku di perpustakaan. Dari membaca buku, Matilda lantas tumbuh menjadi anak yang banyak akal. dan ironisnya di rumah hanya ada satu buku yang berjudul Memasak secara Mudah, dan itu sudah dihapalkannya, sehingga ketika meminta ayahnya membelikan buku, ayahnya mengatakan sebagai anak manja. Maka jalan satu-satunya adalah ketika di rumah sendirian akibat kakak, ayah dan ibunya pergi dengan urusan masing-masing, Matilda pergi ke perpustakaan umum di desanya.
Masalah datang ketika Matilda lantas dimasukkan di sekolah dan bertemu dengaan Miss Trunchbull, kepala sekolahnya yang sangat kejam, dan Miss Honey yang sangat disukainya karena selalu berempati dengan apa yang disukai oleh Matilda..
Buku ini sangat layak untuk dibacakan oleh putra-putri anda yang masih berusia Sekolah Dasar guna merangsang betapa pentingnya untuk memanfaatkan waktu dengan membaca buku.
Silahkan yang berminat untuk membeli di toko buku langganan anda, dan buku Matilda ini sudah ada di rak Rumah Buku Langit Timur pula.
Selamat membaca buku..

Sabtu, 19 Mei 2012

Humaira Ibunda Orang Beriman - Kamran Pasha

Novel luar biasa. Itulah komentar yang kuucapkan untuk mengungkapkan perasaan membuncah saya ketika habis membaca buku Humaira Ibunda Orang Beriman karya Kamran Pasha ini.
Humaira sendiri adalah sebutan kesayangan Rasulullah untuk sang istri, Aisyah yang berarti pipi kemerah-merahan.
Dibuka dengan perasaan Aisyah yang kesepian setelah ditinggal wafat Rasulullah, ia mengenang sosok yang dikaguminya dengan penuh haru tapi tak terjebak dalam kecengengan. Awal yang sangat indah, dan jarang sekali sudut ini disentuh oleh para penulis.
Kalimah seperti : "Bagaimana mungkin aku, Aisyah, putri Abu Bakar, perempuan paling terkenal pada zamannya, berharap menukar kenangan-kenanganku dengan bumi yang tuli dan bisu..?"
Bagaimana tidak. Aisyahlah saksi yang melihat secara penuh perubahan Muhammad dari seorang manusia lelaki biasa, akhirnya menjadi manusia yang dihormati oleh seluruh umat muslim, tokoh terbesar sepanjang sejarah, namun rendah hati sekaligus menjadi manusia terhormat yang menjadi satu-satunya kekasih Allah.
Namun setelah sang kekasih Allah ini wafat, ia menjadi sebuah monumen di tengah hiruk pikuk pergerakan Islam (ajaran yang dibawa oleh suaminya) dengan segala intrik dan perkembangannya.
Sangat direkomendasikan untuk dibaca, agar kita bisa menjadi lebih tahu, apa yang akan kita perbuat setelah kibaran perjuangan diturunkan agar kita lantas tak terjebak dalam romantisme apalagi powersyndrom...
Buku terbitan Zaman dengan ketebalan 616 halaman ini ditulis dengan riset yang tak main-main dan bisa menjadi acuan langkah di usia senja kita. 
Buku ini sudah berada di rak Rumah Buku Langit Timur dan siap untuk dipinjamkan kepada siapa saja yang berminat ingin membacanya. Semoga bermanfaat. amin.

Jumat, 18 Mei 2012

Catatan Harian Anne Frank - Otto H. Frank dan Mirjam Pressler

Catatan Harian Anne Frank adalah sebuah dokumen abadi dari seorang gadis belia tentang kekejaman NAZI dan Holocaustnya di Amsterdam. 
Anne Frank lahir pada 12 Juni 1929, dan ia memulai mencatat dan mendokumentasikan apa yang disaksikan serta dirasakannya mulai pada usia 13 tahun. Jadi tak heran jika dalam catatan harian ini terkadang muncul sifat manja, kekurangmandirian dan rewel, seperti contohnya ketika berkonflik dengan ibunya,
Anne Frank dikisahkan untuk menghindari kekejaman tentara Nazi yang saat itu menduduki kota Amsterdam bersama keluarganya bersembunyi di Secret Annex. Disitu banyak diceritakan tentang ketegangan ancaman bila ketahuan hingga ditangkap dan dibunuh. Bercampur aduk juga dengan kelaparan, keterasingan dari dunia luar hingga menimbulkan kebosanan. Kesalahpahaman yang berakibat fatal, frustasi yang tak tertahankan dalam keterbatasan ruang geraknya sampai kemudian ia meninggal di penjara di Bergen Belsen sekitar tiga bulan menjelang ulangtahunnya ke 16.
Sebuah kisah abadi yang pernah pula beberapa kali difilmkan pula dan mendapatkan penghargaan dari ajang festival bergengsi.
Bagi yang ingin menikmati bisa mampir dan membacanya di Rumah Buku Langit Timur, Dukuhan rt.01/02 Gunungpring Muntilan Magelang.

Catatan Seorang Demonstran Karya Soe Hok Gie

Buku ini berisi tentang catatan harian dari seorang tokoh muda bernama Soe Hok Gie. Dengan latar belakang kondisi sosial, politik dan pergaulan era tahun 1960, Gie begitu cermat, tekun sekaligus cerdas dalam mencatat apa yang dialami dan dipikirkannya.
Gie memulai dari kondisi lingkungan kampusnya Universitas Indonesia jurusan Sastra, termasuk aktivitasnya dalam membentuk mahasiswa pecinta alam (MAPALA) bersama rekan-rekannya, sampai mencatat pula dengan kekritisan berpikirnya tentang kepemerintahan Soekarno era tahun-tahun di atas.
Soe Hok Gie sendiri pernah menjadi panutan anak-anak muda saat itu, terutama ketika ia menampilkan pemikiran-pemikirannya di berbagai media. Pemikirannya begitu jauh ke depan, hingga ia sering mendapat julukan sebagai cendekiawan muda.
Sayang sekali pemuda yang penuh cita-cita dan mempunyai visi jauh ke depan ini meninggal pada usia yang masih sangat muda dalam pendakian gunung di puncak Semeru. Makanya buku ini sangat berharga dan menginspirasi bagi para anak muda yang ingin melakukan pergerakan perubahan.
Catatan yang sangat mudah dipahami ini pernah di filmkan oleh Riri Reza dan Mira Lesmana dengan judul GIE pada tahun 2005 dibintangi oleh Nicholas Saputra dan mendapat berbagai macam penghargaan termasuk pula mendapat tempat di hati para pecinta film tanah air.
Bagi yang berminat ingin membacanya bisa di dapatkan di rak Rumah Buku  Langit Timur. Selamat menikmati perjuangan seorang pejuang muda yang selalu gigih menyuarakan kebenaran..
 

Rabu, 16 Mei 2012

Surat Kecil untuk Tuhan - Agnes Davonar

Bawa Aku Kembali
Bila ada tawa di dunia ini
maka ada tangis di sampingnya
Bila ada keberhasilan di dunia ini
maka ada kegagalan di sampingnya

Bila aku bisa memilih antara sekarang dan masa lalu
Aku ingin kembali ke masa lalu
masa dimana aku masih hidup tanpa rasa sakit
masa dimana aku masih bisa menangis karena haru
bukan karena kesedihan melihat tangis orangtuaku

Tuhan
hidupku mungkin hanya sesaat
namun berikanlah hidupku menjadi  cahaya bagi mereka
bagi siapapun yang kucintai
bawa aku kembali

Tuhan
dalam masa indah itu walau hanya sesaat.

 Buku Surat Kecil untuk Tuhan adalah buku yang diambil dari kisah nyata seorang gadis berusia 13 tahun bernama Gita Sesa Wanda Cantika dalam perjuangannya melawan penyakit kanker. Tragis memang di usia dimana ia harusnya bisa bercengkrama dengan teman sebayanya, tiba-tiba keceriaannya datang merenggutnya, ketika dokter memvonis menderita kanker jaringan lunak, penyakit yang pertama kali terjadi di Indonesia, sehingga mantan penyanyi cilik ini harus menanggung akibat yakni wajah dan parasnya rusak, wajah yang dahulunya cantik berubah menjadi seperti monster.
Akan tetapi Keke tetap berjuang hingga ia mampu bertahan selama 3 tahun, walau akhirnya nyawa merenggutnya.
Kisah perjuangan inilah yang diangkat ke sebuah buku, bahkan pada pertengahan tahun 2011 pernah diangkat di layar lebar dan mendapat sambutan di masyarakat.
Buku yang diterbitkan oleh Inandra Published Jakarta ini bisa kalian dapatkan di rak Rumah Buku Langit Timur. Selamat membaca dan menikmati perjuangan Gita Wasesa Wanda Cantika dengan keharuan. Semoga pembaca dapat mengambil manfaat tentang arti pentingnya sebuah rasa optimis, tidak putus asa dan berjuang sampai titik darah penghabisan.